Sabtu, 29 Oktober 2016

Tak Tahu Malu

Hati itu, kau tahu
Memang tak tahu malu.


Lantas mengidamkan sesosok manusia yang  diselimuti cinta
Hati justru memilih yang tak ada kepastian
Seseorang yang penuh luka dan kebencian dalam jiwanya
Sungguh, membuat diri kadang bagai terombang-ambing diantara mimpi sendiri..


Aku berpikir untuk menyerah atas cinta,
Karena tak patut juga untuk memperjuangkan hawa nafsu setan itu
Tapi diri ini lemah, butuh asupan kecupan dan pelukannya
Butuh nyanyian dan kata-kata rindu yang memenuhi gendang telingaku..

Dasar jalang,
Hati ini penuh dengan keserakahan
Dibutakan atas rasa bergejolak sementara
Hati ini berdegup kencang tatkala seseorang menyebut namanya..


Hei, jikalau aku punya pilihan atas kehendak terkutuk ini
Lebih baik ku sudahi saja semua drama setan ini
Ku bakar perasaanku dalam singgasana singa yang marah
Meraung-raung butuh didekap dan dicinta selamanya..


Hati itu, kau tahu.
Memang tak tahu malu.


Rasanya jiwa ini terbang seiringan dengan harapan palsu yang kuimpikan
Aku mengaku salah, sialan
Aku pantas di cacimaki, sangat
Aku memang ceroboh, maaf


Memang semborono hati ini, memilih seseorang yang tak pantas untuk dicintai
Memang ruam hati ini, perlu beberapa jaitan pelajran atas kasih sayang
Entah,
Harus ku nikmati kesombongan ini
Atau..
Ku letakkan dalam jurang mimpi burukku
Pergi..
Dan takkan pernah ku menggapainya lagi.











Bzzz idk gue nulis apaan. Yang penting ngepost hasil sendiri. Sejauh ini sih, gue gak ngerasa nulis puisi, cuman kayak tulisan aja. Thanks for reading!! Jangan jadi silent reader ya, follow juga blognya kalo bisa. Thank you all!!

Jumat, 28 Oktober 2016

Rona

Lantunan lagu secangkir kopi panas
Bentangan pasir putih mengelinginya
Diiringi setapak berarti bagi mu 
Tanah lahir batin ku

Dengan bahasa nan indah
Bagaikan tangga nada yang merdu
Yang kau ucapkan wahai ibu pertiwi

Dikela batin ku menatapmu dalam indahnya mimpi
Melihat gelap kelabu telah tiada silih berganti dengan rona yang baru merah putih



Alhamda Ariqal



Selasa, 25 Oktober 2016

Ombak Pengantar Rindu

deburan ombak terus menyapu pasir pantai
membuatku terlena ingin terkena deburan itu..
aku yang sedang duduk menatap ombak pun terayu untuk masuk kedalamnya,
tanpa kusadari aku pun tenggelam dalam kenangan..
membuat ku ingin kembali permukaan
sayangnya air laut terus menyeretku tenggelam
membuat ku tidak bisa kembali
hanya rindu yang dapat kurasakan..


Raka Ziddan, Anyer
Oktober, 2016

Rabu, 07 September 2016

Digerogoti Awan Hitam

Dari kejauhan, aku lihat ada sesosok gadis menangis..
Meringkuk, menahan pedih yang sepertinya telah ia tahan begitu lama
Dahinya bertabrakan dengan lutut kecilnya sebari menutupi wajahnya yang memerah,
Tangisan demi tangisan ia keluarkan,
tubuh mungilnya terlihat sangat menyedikan
sendirian, tanpa seorang pun disampingnya..









Dia adalah aku

Titik lemah yang secara tak sadar telah tumbuh dalam jiwa dan ragaku.





Siapapun punya kelemahan yang ia simpan dalam dirinya,

entah tentang penampilan ataupun masa lalu kelam yang selalu menghantui sang empunya.


Berat rasanya, menghirup nafas disaat jiwa terasa terbelenggu oleh kegelapan sang malam
terbakar habis oleh lahapan api neraka, yang hanya menyisakan luka



Tanpa sadar, aku telah hidup dalam ketakutanku
Meraung-raung untuk kefanaan dunia semata
Mengosongi jiwa yang butuh dekapan
Mengantongi kebencian setan yang menyesatkan


ku habiskan air mata hanya untuk kekhawatiran tak berfaedah
menyiksa jiwa raga demi kebahagiaan ilusi semata


aku terlalu takut pada kelemahan diri sendiri; hingga lupa bahwa ada kekuatan disitu
bangkit, ucap hati tanpa henti
tiada tara aku mencoba, namun awan hitam itu terus menutupi cahaya terang dihidupku...


hingga aku tak tahu lagi,


dan dia,

tumbuh semakin hebat,



menghabisi semua semangat dan harapan untuk bangkit.



















Minggu, 28 Agustus 2016

sandiwara

what if i get used to without you?cause as the time goes by, i feel like my life is better without you.




hari-hariku terasa seperti biasa; dengan atau tanpa dirimu.
aku tetap bisa tertawa, menangis, menjalani semua drama kehidupan ini.






waktu mengajariku rahasia untuk bersabar, 
kamu mau tahu apa jawabannya?


tidak ada,



kita hanya perlu mengerti, untuk apa kita bersabar dan untuk siapa kita melakukannya.



dan tentu saja. itu sulit. 




aku sendiri tidak tahu aku menuliskan apa,
rasanya puisi cintaku terdengar begitu klise,
kata-kataku terdengar begitu naif,
tapi kau perlu tahu satu hal yang pasti,
hati ini begitu luka,
jari ini terasa kaku,
mataku sudah basah saat mengakhiri tulisan gila ini.


kamu tahu, kan?
aku mencoba kuat tanpamu, bayanganmu seolah sudah hilang dari hidupku
walau faktanya namamu terbelenggu dalam rasa sakitku


oh ya, kamu pasti tak tahu.



bahkan jikalau Tuhan mengakhiri kepedihan tak berujung ini,
aku akan tetap memilih menjalaninya.




kenangan bahagia kita memang tak banyak,
tapi aku hanya ingin semua sandiwara gila ini berhenti
aku ingin menyudahi semua kekonyolan yang kau buat ini
menyumpahi semua prilaku burukmu ini



untuk apa aku harus berhenti mengenali seseorang yang telah membuat hariku seolah runtuh
tak bernafas, tanpa mimpi..
jiwaku terasa begitu kosong



karena sang empunya menolak untuk dipikirkan
belati pun takkan mampu merusak hati ini 
jikalau bukan kamu yang menusuknya


sejujurnya, aku hanya butuh senyumanmu
senyuman yang selalu kutunggu
senyuman yang selalu menghampiri malamku
menghampiri mimpiki, merubah cakrawala pandangku tentang dunia





bisakah kita menyudahi semua ini?
aku muak dengan egoisme mu yang tinggi
aku merasa dijatuhkan ke bagian bumi paling dasar
dimana kamu hanya melihat dari atas
bahkan tanpa menyunggingkan senyumanmu sedikit pun.

Kamis, 28 Juli 2016

push and pull

i fell into the depth of misery
cry me a river for this shocking hole
try to climb up but all i got is a wound
remain as a scars that left forever
couldn't be gone as if the time goes by




i wonder,
why me after all struggles i have done
why me after all the tears i have wasted
why me after all the happiness they took away
why me after  all the problems i should face 
time flies so fast,
my knees still on the floor
reaching out the high hopes
realizing all the puzzling thing



i wish i have an anterogade
for all the memories i dont want to recall
i am tired dealing with the complex problems
finding solution and get over it


withdrawn,
that's what i feel as if i am a humankind
overreact,
that's a normally thing for me to push myself
i have excelled in all the things i put so much effort on
although  the voices on my head keep screaming to set them free


Sabtu, 23 Juli 2016

Pernah Ada

   Kalian tahu dan pasti mengerti, perasaan ingin mengulang kembali semua hal itu seperti apa. Ingin memperbaiki apa yang sudah dirusak, bahkan membuat hal yang indah menjadi lebih indah. Serakah. Egois. Penuh gairah. Kita akan berada di titik terbawah, seperti merosot di sebuah perosotan kecil, disaat badan kita bahkan lebih panjang dari ukuran perosotannya, tapi kita tetap memaksakan kehendak dan berakhir menyakiti diri sendiri, mencoba menutupinya dengan lelucon yang kita buat, tertawa hingga akhirnya menangis, meratapi nasib yang sungguh, mungkin akan mendapatkan piala oscar karena jalan ceritanya yang tak berujung dan penuh dengan drama yang memacu adrenalin para pemain maupun penontonnya.

  Aku disini ingin berbagi cerita, agak panjang, mungkin akan membuat kalian mengantuk. Itu pilihan mau melanjutkan apa tidak. Aku tidak pernah maksa, kan?

                                                               *******************

  Aku merasa kehilangan, dikhianati, rasanya seperti aku adalah orang terbodoh didunia ini. Aku bangun dengan mata sembabku, memulai hari dengan senyuman yang selalu aku lukiskan pada wajahku. Mulai memasang topeng lakonku, dengan tepat dan perlahan, takut akan jatuh dan semua kebohonganku akan ketawan dan membuatku mati kutu. Aku dikenal sebagai orang yang mudah akrab dengan seseorang, banyak yang suka aku karena kepribadianku ini, namun tak sedikit juga yang membenci, seperti sebuah pepatah, "Tuhan saja dibenci setan." Jadi, aku ini hanya ciptaanNya. Tak mungkin juga untuk kita memaksakan semua orang untuk menyukai kita, bisa saja, namun hasilnya aku akan ditusuk dari belakang.


  Aku mengenal banyak orang dan menjadi dekat dengan sangat mudah, namun kehilangan dengan cepat juga. Ada satu orang yang ingin aku ceritakan. Dia baik. Pintar. Lucu. Wajahnya, biasa saja tapi hatinya sangat indah. Ia selalu ingin menjaga hati setiap orang, semua yang dia lakukan terlihat berwibawa. Tak jarang aku meminta saran kepada dia, sering juga ia mengingatkanku untuk mengontrol kelakukanku, menjaga kesehatanku, dan memintaku jauh darinya, karena dia takut akan ada omongan tak enak bila orang tahu. Ditambah lagi, dia hanya ingin membantuku dan semua yang dia lakukan kepadaku selama ini hanyalah karena rasa tidak teganya, hati yang selembut surta miliknya itu memang agak sensitif.


  Aku memaksakan kehendak. Mencoba untuk memperbaiki keadaan. Melakukan apapun agar dia tidak pergi. Menceritakan apapun agar dia merasa bertanggung jawab terhadapku. Tapi yang kudapat justru cacimaki darinya, dia menjauh, melakukan semua hal yang ia bisa untuk menghilang dari pandangku. Tapi... Aku terus mencoba. Sampai akhirnya, aku sadar. Aku hanya terbawa suasana. Namun, aku salah. Aku memang tidak mau kehilangannya. Ia seperti tisu yang menghapus tangisku disaat tak ada jari yang akan mengusapkannya untukku, seperti bantal kesayanganku yang kujadikan tempatku menuang dan mengeluarkan tangisanku, disaat tak ada bahu yang bisa aku jadikan sandaran, dia benar-benar berharga, namun dia hanya melihatku sebelah mata. Memandangku bagai aku ini kuman, harus dijauhi dan dimusnahkan. Aku bukan mau memilikinya, tak pernah terbisit pikiran seperti itu, aku hanya sedih mengapa ia pergi dengan cara senaif itu? Memperlakukan aku tidak ada dan memerankan lakon antagonis yang sungguh, aku muak melihat itu.



  Maksudku adalah, jika kita memang ingin pergi. Katakanlah dengan baik-baik. Jelaskan dengan rinci, agar tidak ada hal yang ganjal di semua pihak. Setidaknya, kau pernah ada. Terimakasih Allah, atas nikmat yang pernah kau berikan kepadaku. Aku yakin, kau akan menggantikannya dengan seseorang yang lebih baik, yang lebih mengerti bagaimana mengucap selamat tinggal. Tak mungkin tanpa air mata atau luka yang ditinggalkan, pasti ada, dan memang sudah seharusnya begitu. Setidaknya, jangan pernah pergi dalam diam, karena diam memang emas, namun apakah yakin itu benar-benar emas? Bukan besi yang akan meninggalkan karat?

Selasa, 05 Juli 2016

Love Letter #1

Hai, kelabu.

Aku hadir disini, sebagai pelangi.
Aku siap membuat kelabu diharimu menjadi warna-warni.
Kau mau tahu? Bahkan disaat kau mencari berbagai jalan untuk menghindar dariku,
Aku akan selalu disitu. Jalanku lebih luas daripada milikmu.
Menyeramkan, ya? Bingung dimana kau bisa bersembunyi? Aku disini. Siap dijadikan pelabuhan hatimu. Kau bisa bersembunyi dibalik bahu kecilku. Gunakan saja, bahkan walau kau akan lupa pernah bersender pada bahuku itu.


Hari ini seruan "Allahuakbar" berkumandang di pekarangan rumahku. Pasti di sekitar tempat tinggalmu juga, ya? Hari yang ditunggu-tunggu akan datang. Tapi selain hari yang dikenal dengan lebaran itu, ada hari lain yang sangat aku tunggu. Hari dimana kau pulang. Kembali ke tanah kelahiranmu, walau tak mungkin bagimu untuk kembali pada pelukanku.


Ingat, tidak? Saat kita pertama kali bertemu, kedua matamu itu sudah membuatku mabuk kepayang, bahkan sebelum aku tahu namamu siapa. Nama yang sangat aku sukai, nama yang membuat hari-hariku lebih bersemangat, nama yang juga bisa membuatku bertekuk lemas dengan banjiran air mata dari mataku, menyapu semua bagian dipipiku.


Ingat, tidak? Saat pertama kali kau menyebut namaku. Suara indahmu itu bahkan terdengar lebih indah daripada apapun yang ada diluar sana. Jantungku serasa mau copot. Ingin lari saja rasanya, ke ujung dunia, bersamamu, dan dalam pelukanmu. Namun, pada akhirnya aku hanya mengurungkan niatku dan terbelenggu dalam mimpi itu. Mimpi memilikimu.



Ingat, tidak? Saat pertama kali, kita mulai dekat. Lewat media sosial, aku yang tadinya sangat malu berubah menjadi sangat agresif, dan syukurlah, kau memahaminya dan menganggap itu lucu. Kita dekat layaknya kakak dan adik. Dan kau juga pasti mengerti, kan? Bahwa kita.. Tak mungkin bisa jadi sekedar adik dan kakak itu. Tak mungkin bisa hanya menjadi teman, sahabat, atau apapun itu. Kita tahu. Tapi tak ada yang bisa kita lakukan.


Ada. Namun kau bersikap seolah tak mau tahu. Kau melakukan apapun semaumu. Kau memperlakukan aku semena-mena. Kau buat aku terbang ke langit ke tujuh, bertemu bidadari cantik, lalu kau terjunkan aku, ke neraka jahanam, bersama setan-setan itu. Setan yang sejatinya hidup dalam dirimu itu.


Kau bilang, aku lucu. Senyumku itu penawar sakit bagimu. Namun, tahukah? Kau lah pria yang paling sering membuat senyumku luntur, tergantikan oleh tangisan buaya, lalu berujung tangis. Hina sekali pujian lucumu itu.

Aku tahu. Dan aku mengerti. Sangat mengerti. Aku siapa dan kau itu siapa. Aku mengerti kita amat berbeda, mau disamakan lewat celah manapun, tak mungkin ada kesamaan yang akan ditemukan.


Aku adalah aku.


Dan kau adalah kau.


Kau, pria jahat.

Jahat telah membuatku jatuh cinta segitu besarnya.

Jahat telah membuatku rindu segitu tersiksanya.

Jahat telah membuatku begitu memujamu, hingga aku bahkan lupa, bahwa ada hal lain yang perlu kebereskan selain tentangmu, yaitu aku sendiri.


Aku masih rusak.

Jaitan dihatiku belum kering.

Kau bilang, kau rela menyembuhkannya.

Kau bilang, kau akan jadi penawar rasa sakitnya.

Tapi..

Aku rasa, jahitan itu mulai terlepas lagi karena luka yang kau buat tanpa hentinya.




Aku..


Disini,

Selalu menunggu.


Seperti sebuah anak kecil yang menunggu unicorn, tahu itu takkan datang, namun akan tetap ku tunggu kau.


Aku rindu kau.

Rindu diriku sendiri yang sudah mulai tersesat ini.


Rindu kita yang dulu.


Apakah bisa.. Sekali saja, kita bersikap seolah-olah, tak ada yang salah, dan marilah, mengulang sesuatu yang baru lagi?





Tertanda,


Zira. 

Senin, 04 Juli 2016

Mungkin... Nanti?

  Kadang, ada hal yang memang ditakdirkan untuk bisa kita lihat, namun tak bisa kita miliki. Begitu pun, dengan sebuah tas putih yang saya mau beberapa hari yang lalu. Saya pergi ke salah satu Pusat Pembelanjaan dan tepat disana, saya menatap sebuah tas cantik. Saat saya dekati, ternyata memang benar, harga tak pernah bohong. Bukannya saya tak punya uang, tapi, saat saya pikir panjang, untuk menghabiskan uang segitu, saya bisa dapat beberapa potong baju. Lalu, niat untuk membeli saya urungkan. Saya buang jauh-jauh kedalam memori yang tak dapat saya gapai. Keesokan harinya, saya menyesal. Karena ternyata bayang-bayang tas itu masih menghantui saya. Memohon untuk dimiliki. Dari sebuah tas saja, ada hal yang bisa saya pelajari.


"Sama seperti tas indah itu, seseorang yang kita cintai pun lebih baik hanya menjadi sebuah mimpi. Tak semua hal yang kita inginkan, bisa kita gapai semudah yang kita pikirkan. Sometimes it is better to be just a 'dream' karena setidaknya, kita hanya akan tersenyum saat melihatnya, meski hanya di alam mimpi."



Dari hal kecil, kita bisa belajar banyak. Entah cuman saya atau karena pola pikir saya yang agak dramatis, tapi jujur, sampai sekarang saya menyesal karena tidak jadi membeli tas itu, tapi saya juga bersyukur, karena disadarkan olehNya kalau masih lebih banyak manfaat yang bisa saya gunakan dengan uang yang bisa saja saya hamburkan untuk tas itu. Ya, sama saja, dengan masalah si dia, masih banyak hal yang bisa saya lakukan dibanding menangis dan mengaduh tanpa henti.


Karena nanti pasti akan ada saatnya kita bakal memiliki hal yang kita cintai, tunggu saja tanggal main dari Sang Ilahi. Ingat, kita bisa berencana, namun keputusan akhir hanya ada ditanganNya.

Wah, Ngomong-ngomong, lebaran sebentar lagi nih! Kalian mudik kemana, nih?


Sampe disini dulu, ya. Sampai ketemu nanti!

Minggu, 26 Juni 2016

Sad, Beautiful, Tragic. Life.

    Ketika hidup sudah tak sealur dengan pikiran bahkan dengan pilihan kita, rasanya ingin sekali mengaduh kepada sang Ilahi, namun sadarkah? TanpaNya, kita bukan apa-apa. Bangunlah. Hadapai kenyataan.


Ya begitulah kataku. Kata mereka. Kata orang-orang. Disaat kalian sedang dalam masalah hidup yang parah, anggaplah kalian masih dalam proses menuju kedewasaan, saat masalah yang masih saja menjadi bibit sel telur, lalu membesar dan akhirnya lahirlah menjadi seorang bayi dan tumbuh begitu besar, dan boom! Menjadi sebuah boomerang! Hancur sudah semua apa yang sudah kau coba rawat dari seorang bayi kecil tak berdosa hingga seorang dewasa yang tan luput dari dosa.


1. Sel Telur

Masih dalam sebuah proses pembuatan, masih dibilang terlalu kecil namun sebuah langkah yang besar. Begitu juga awal dari permasalahan. Teman, Orang Tua, Guru, bahkan diri saya sendiri seringkali menasihati diri saya sendiri

"Jangan terlalu membesar-besarkan masalah, gak ada gunanya. Kamu sendiri yang sakit."

Ya, aku sendiri yang sakit. Aku tau. Kita semua tau. Tapi justru, dari sel telur ini kita bisa belajar banyak, bagaimana cara belajar mengembangkannya, mau dibesarkan menjadi sebuah parasit? Atau menjadi sebuah kebanggan?


Disaat sel telur ini mulai membuahi sang ovum, lalu jadilah sebuah janin. Menempel. Tak akan lepas dan akan mulai memisahkan diri disaaat memang sudah waktunya tiba.


Begitu juga dengan masalah.



2. Bayi & Beranjak Dewasa


Saat akhirnya, bayi itu lahir, berarti itu sama saja dengan masalah itu yang mulai akan menjadi menghantui hidup anda. Tinggal pilihan kita saja, mau dibesarkan seperti apa?


"Inget, gak usah terlalu dibuat jadi sesuatu yang seharusnya gak ada nilainya." Begitu kata diri saya sendiri tiap kali saya punya masalah serius. Bohong memang kalau saya bilang gak apa-apa dan malah pura-pura asik menonton beranjak dewasanya bayi itu, ya, beranjaknya masalah itu, tinggal pilih saja, mau kalian yang dibuat bingung oleh masalah sendiri atau mau masalah itu yang anda buat bingung?

Dalam mengurus bayi, pasti cobaannya berat, kesabaran yang dibutuhkan bertubi-tubi, rasanya seperti pagi, siang, malammu semua waktumu hanya untuk bayi kecil itu, tangisannya, tertawanya, itu juga milik kita, nah, begitupun dengan masalah, dalam mulai menyelesaikan masalah, pasti kita tau kan, cobaan akan semakin diuji, namun disaat itu juga kita akan menjadi kuat, mental, atau malah jatuh? Kedasar jurang dan tak ditemukan dimanapun.


Saat anak itu mulai beranjak dewasa, sifatnya pasti sudah bak raja. Semua hal yang diinginkan harus terwujud, sebagai orang tua, kepala anda seperti akan meledak, hidup anda akan bercerai-berai, dan anda akan melakukan apapun, asalkan anak itu bahagia.


Begitupun, dengan masalah. Anda akan merasa mabuk, bahkan sampai ingin mati, namun lagi-lagi, anda akan melakukan apapun, untuk membuat masalah itu selesai. Bahkan jika harus ada kebahagiaan yang dikorbankan. Dan didalam tahap ini, masalah hidup anda berarti semakin memberat.


3. Dewasa & Menua


"Saat orang udah dewasa, pasti maunya jadi banyak. Tapi saat itu juga jadi sadar, kalo gak semua hal diraih semudah meraih buah cherry dipohonnya yang bahkan masih perlu usaha." Ya, itu kata-kataku. Berdasarkan beberapa bukti yang aku sudah saksikan juga. Karena saat dewasa ini, semua hal terasa begitu sulit, semuanya terasa begitu pilu, dan membuatmu terasa hilang ditempat berantah.


Klise dan lebay ya? Namanya juga hidup. Hehehehe.

Disaat sudah dewasa ini, masalah berarti sudah bersifat kronis, dan lagi-lagi yang bisa kita lakukan itu... Berusaha. Dari awalpun dari masih menjadi sebuah sel telur, harus ada usaha juga. Tinggal kita yang harus pandai memilih, menentukan semuanya sebaik mungkin. Jangan lelah. Jika perlu menangis, itu wajar. Saya pun pernah menangis semalaman tak henti. Namun berjanjilah, besok jangan menangis lagi!


Bohong ya? Tak apa. Menangis saja. Selama kita yakin, pasti ada jalan. Di masa dewasa ini, masalah yang bahkan semakin runyam, membuat kita semakin kuat dan semakin dekat dengan Sang Kuasa.



Aku bukan motivator, cuman berbagi. Semua orang punya masalah, tergantung bagaimana menyikapinya. Kadang pasti kalian mikir..


"Kenapa sih harus gue? Gak ada apa selain gue yang dikasih masalah berat banget?"

Ya. Kata-kata itu sering banget muncul dipikiranku. Menghantuiku. Menakuti hari-hariku. Mengutuk keinginanku untuk bahagia. Tapi, aku coba sabar, dan memang harus. Kita berpikiran seperti itu karena yang kita bandingkan selama ini adalah orang-orang diatas kita, coba saja sekali, lirikkan pandanganmu kebawah, tontoni rakyat yang tersiksa, jauh daripada kita yang bahkan untuk makan pun tak punya.


Sedih memang...



Salam semangat!


Mohon do'a ya untuk semua masalah. Segitu dulu.

Kamis, 23 Juni 2016

Sabar dan Kerinduan

  Bicara tentang kesabaran, pasti itu bukanlah hal yang mudah. Saat hati dan pikiranmu ditarik ulur, ingin marah namun tak bisa, sulit rasanya, dan disitulah kita harus belajar bersabar. Mencoba mengikhlaskan. Sekuat mungkin bertarung melawan ego yang kita miliki. Seperti yang Allah SWT pernah kumandangkan dalam salah satu ayat Al-Qur'annya:

"Hai orang-orang yang beriman. Bersabarlah kamu, dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiaga-siaga (diperbatasan negrimu) dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beruntung." Q.S Al-Imran:200

Seperti yang sudah dikatakan disitu, bersabarlah. Sebagai umat yang beriman, kita harus kuat. Walau rasanya sangat sulit, rasanya bagai dirimu tak mampu lagi untuk bernafas, saking banyaknya oksigen yang telah kau keluarkan dari paru-parumu dan saking seringnya kau menahan beban dalam jantungmu.


Ada fase dimana tak semua hal bisa kita miliki. Karena memang sudah mutlaknya seperti itu. Aku pun, terkadang harus dengan tabah menjalani hari, sampai sekarang pun aku masih belajar ikhlas, karena hati ini belum lapang, masih ada butiran kenangan yang menghantui. Siraman ego yang membasuhi kalbuku. Jiwa ini terbakar karena terlalu dipaksakan.

Hidup memang tak selalu untuk bahagia, tapi bukan berarti kita tak boleh tersenyum. Tertawalah selagi kau bisa, walau pada akhirnya akan ada tangis yang menemani. Saat aku sakit hati, kau tau apa yang ku lakukan? Menangis lalu tertawa sendiri. Meratapi nasibnya anak kecil bodoh ini. Buat apa aku menangis? Tentu agar hati ini lapang. Mau bicara dengan seribu orang pun, akan sulit jika kau adalah korban patah hati itu. Mereka bisa berbicara, memberimu nasihat, memelukmu, namun tak akan ada yang bisa mengobati rasa sakit itu. Karena, hanya diri kita sendiri lah yang bisa. Berdiri... Bangun.... Jatuh.... Merangkak....Tergeletak... Dan pada akhirnya kau akan mencoba untuk bangkit lagi. Memang begitulah fase kehidupan.

Aku sendiri, masih belajar sabar. Rasanya lebih sulit dari mengerjakan soal Matematika yang sejatinya perlu kesabaran juga. Semua temanku, memintaku jangan terlalu sering menangis. Tapi, ayolah, selain menangis, apa ada yang bisa aku lakukan? Menangis itu tak lain dan tak bukan hanya salah satu bentuk dari terapi yang sedang aku jalani. Tak setiap hari juga aku menangis, aku juga bingung mengapa hati ini begitu lembut bahkan kapas pun masih perlu tenaga untuk merobeknya, namun hati ini lebih halus lagi. Aku belajar menyibukkan diri, namun seperti yang temanku pernah bilang, tak ada gunanya. Sadarkah? Justru menyibukkan diri sendiri itu malah membuatnya semakin runyam. Mencoba membohongi diri sendiri, pura-pura lupa yang nyatanya tak mungkin untuk aku melupakannya. Tapi aku sadar, aku tak sendirian dan itu membuatku bangkit. Aku punya Allah. Tuhan dan pencipta semesta Alam. Dekatkan diri pada yang Maha Kuasa, dan semoga saja semua usaha akan terbalas.


   Rindu. Rasanya bagaimana ya? Seperti kau ingin berteriak tapi lehermu dicekek oleh dirimu sendiri. Meminta untuk tak mengungkapkan, tapi mata tak bisa bohong saat menatapnya. Telinga tak bisa tuli saat mendengar kabar tentangnya. Namun mulut mendadak bisu, dan lagi-lagi menangislah jadi akhirnya. Itu adalah rindu yang terpendam. Berbeda dengan rindu, disaat orang itu justru ada, peka terhadap perasaanmu yang mendalam, peduli terhadap kau yang tergopoh-gopoh menopang dirimu, menjadi selimutmu dibadanmu yang dingin itu. Menjadi rumah untuk kau yang tersesat dalam memori itu. Bagaimana bila rindu itu tak berujung? Bahkan aku pun tak tahu cara mendeskripsikannya..... Orang itu.... Kenangan itu..... Menusukmu oleh katana yang tanpa sadar dia pegang dan ditusukkannya pada jantungmu, namun dengan segala usaha, kau tetap bernafas, mencari-cari asal katana itu. Aku lelah, sungguh. Aku juga tak tau mengapa aku segitu frustasinya. Padahal hanya masalah rindu. Tapi kau tahu, Rindu itu bisa jadi bumerang saat yang kau rindukan tak pernah mau tau dengan perasaanmu? Hanya duduk diam dengan muka datar menatap wajahmu yang nanar itu.

Rabu, 22 Juni 2016

Tak Lagi Sama

     Ketika kamu menjatuhkan sebuah gelas, pasti akan pecah berkeping-keping kan? Dan bentuknya pasti tak akan sama lagi. Tak akan pernah sama. Seusaha apapun kamu membuat itu terlihat sama, ya, mungkin memang akan terlihat sama, tapi, kamu tau, kan? Bahwa itu sudah berbeda. Sama halnya dengan perasaan.

  Ketika seseorang yang kita kenal, berubah, karena memang sudah fase dalam kehidupan pasti akan ada perubahan, namun sulit sekali menerima perubahan itu. Bagaimana? How to deal with that? How could you accept their difference? Because all you got is nothing, but it feels hurt. A lot. Ketika perubahan itu justru membuat sebuah bencana yang hal apapun tak akan bisa menyelematkannya, karena sejatinya hanya satu hal yang bisa membuat luka akan perubahan itu mereda, yaitu menerimanya dengan keadaan yang baru. Bersandiwara seolah-olah, tak ada sesuatu yang mengusikmu, walau rasanya bagai ditikam ribuan belati.


  Manakala, kau menemukan sesosok orang yang kau cintai, namun dia bukanlah takdirmu, melainkan bencana bagimu, yang hanya memberi hujan dalam harimu, petir dalam telingamu, dan longsor dalam hatimu. Belum lagi gempa bumi yang diakibatkan oleh letusan gunung dihatimu yang akan pecah dan hancur, berkeping-keping itu.

  Aku, bukan sebuah pujangga cinta apalagi seorang pengamat alam. Cinta yang membuatku begitu. Menerima perubahan seseorang memang sangat sakit. Tapi ada satu hal yang harus disyukuri, kita bisa tau, apakah kita akan kuat menerima atau harus melepaskan semua yang telah kita genggam dengan erat selama ini? Itu pilihan kita. Ingin menyelami lautan dalam dan berakhir di segitiga bermuda atau terbang dilangit dengan bebas? Hanya kita yang bisa menentukan.

  Jangan buat diri kita bodoh dengan mengulangi kesalahan yang sama. Tetap melakukan hal bodoh yang sudah tau diakhirnya hanya akan meninggalkan luka terdalam dihati. Membuat lubang hitam besar berisi kesakitan yang kau tanpa sadar telah menggali dan mengubur semua dukamu didalamnya.


  Pesan singkat, Jika ada seseorang yang mau tetap menerima perubahan itu dengan lapang dada yang walau dirasa hanya akan membuat badan itu runtuh, bahkan untuk berdiri pun tak mampu, jagalah orang tersebut. Mereka rela jadi bodoh. Hanya demi angan yang mereka tahu takkan bisa diraih, sebab hanya bisa berharap akan satu persen kemungkinan bahwa mungkin mereka akan diterima dan bisa mengisi kekosongan diperubahan itu.

Selasa, 07 Juni 2016

Sweet Seventeen!

   Alhamdulillah, masih diberi kesempatan oleh Allah SWT untuk bernafas dan mensyukuri apa yang sudah dimiliki sampai hari ini. Sampai akhirnya, aku menginjak umur 17 tahun ini. Rasanya sangat aneh, aku merasa aku masih seperti anak kecil, tapi beban umur ini, menjadi penjelas bahwa kenyataannya aku sudah tak kecil lagi. Aku sudah harus bisa mandiri dan menentukan arah kehidupanku yang baik ini. Dihari bahagia ini, aku gak bikin semacam Party gitu sih, aku cuman ajakin teman dekatku buka bareng aja, dan itu pun cuman 9 orang yang hadir hahaha. Aku mau sharing beberapa wish yang menurut aku ngena banget.

1. Seseorang yang namanya gak mau disebut:

"selamat ulang tahun zira , mudah2an makin dewasa, ga nangisan , ga ribet , ga ada masalah lagi , sembuh dari segala penyakit fisik dan hati dan selalu ditunjukkan jalan yang lurus sama Allah aminnnnn"

And sadly the one who said those words to me bener-bener ngucapin itu untuk terakhir kalinya. Entah kapan dia bakal ngomong sama  aku lagi. Hehe. 

2. Papa dan Mama

"Selamat Ulang Tahun, anak perempuanku. Sekarang udah gede ya.. Harus bisa ngurus diri sendiri ya sayang." 

3. Dila Alifia

"Balqis fauzira adawinsa putri, apapun yang terjadi kamu harus bahagia. ZIRA HARUS BAHAGIA. BAHAGIA. Zira orang yang baik banget.. punya banyak temen, jangan pernah ngerasa sendiri ziir. Banyak yang sayang sama zira. Banyak banget. Aku sayang sama zira.. Zira orang yang kuat, yang bisa dewasa menghadapi masalah masalahnya"


4. Rangkuman dari hampir semua orang
-Semoga disehatkan terus, jangan sakit lagi
-Semoga kelas xii nya lancar
-Semoga cita-citanya tercapai
-Semoga makin baik dari sebelumnya

Aku tak ada maksud tertentu, aku hanya ingin mengucapkan terimakasihku kepada siapapun yang telah mendoakanku diumurku yang sudah 17 ini. Terimakasih! Semoga kalian mendapatkan timbal baliknya dari apa yang kalian doakan ke aku. Love you guys. Gapapa dong postingannya gak sedih mulu ya, kali-kali seneng. Hehehe. Soon aku post foto-foto kok!

Senin, 06 Juni 2016

Hilang

   Hai. Bicara tentang "Kehilangan", Menurut kalian kehilangan itu apa sih? Kalau menurut aku, kehilangan itu kayak separuh semangat, bahkan hampir semua yang ada di diri kita itu dicabut secara paksa. Gak ada yang mau kehilangan. Karena tau rasa yang menimpa akan sakit luar biasa. Tapi kadang kita juga harus tau diri, tak selamanya kita bisa memiliki apa yang kita mau. Ada saatnya seseorang yang kita cinta, akan hilang begitu saja. Ada kalanya sesuatu yang kita inginkan, harus direnggut begitu saja. Tak ada yang bilang bahwa itu tak menyakitkan. Rasanya luar biasa. Luar biasa bisa bikin sungai dimatamu yang indah itu. Aku tahu, kita hanya harus menghadapi kenyataan, dan salah satunya adalah kehilangan sesuatu atau seseorang yang kita butuhkan. Karena, inilah hidup. Ada fase dimana kita akan merasakan begitu hancur, hingga berdiri pun sudah tak mampu, karena rasanya semua yang ada dihidup kita sudah punah. Begitulah, rasanya kehilangan.

    Rasanya baru aja bahagia, tapi lagi-lagi harus direnggut lagi. Rasanya baru kemarin aku mulai tersenyum lagi, sekarang aku harus menangis lagi. Rasanya baru kemarin aku mulai semangat lagi, sekarang aku sudah tak ada keinginan hidup lagi. Ironi memang. Tapi kenyataan memang sepahit itu. Tak masalah, yang terpenting, aku sudah diberikan kesempatan itu lagi.

  Hati terasa ditikam ribuan belati, tak berdarah namun rasanya begitu perih. Tak kuasa berkata-kata, dan air matalah saksinya. Tuhan, aku tahu, aku ini kuat. Lebih kuat dari janji-janjiku padamu, aku hanya harus percaya bahwa aku bisa, dan aku harus bersiap karena pada akhirnya pasti aku akan tetap sendiri. Menyusuri dunia yang kosong ini. Penuh kefanaan dan nafsu belaka. Ya Tuhan, mengapa rasanya begitu sakit? Aku tak kuasa menahannya lagi, ingin kuluapkan tangisanku hingga terbentuklah lautan tangisan hasil jeritan hatiku. Ingin kutunggangi kuda tuk pergi ke langit yang elok dan lupakan segala kesakitan dari kefanaan ini. 

Sincerely, Orang yang telah kehilangan(lagi), Zira.

Sabtu, 04 Juni 2016

Jeritan Hati

  Malam ini, langit begitu indah. Bintang bersinar, angin berhembus tenang, jiwa ini tersentuh kesempurnaanNya. Namun seperti ada yang kurang, apakah itu? Kebahagiaan. Lantas apa yang membuatku berpikiran begitu? Karena, aku memang sedang membutuhkan hal itu sekarang. Aku rindu senyuman yang dulu selalu menghiasi wajahku ini, yang sekarang terlihat sangat hopeless. Aku rindu semangat yang selalu mengisi kekosongan hari-hariku dahulu kala. Aku juga rindu, orang-orang yang bisa memberikan kedua hal itu secara bersamaan kepadaku. Aku benci tangisan dimalam hari, dengan lagu sedih yang membuat suasana bahkan semakin memburuk. Aku benci diriku yang lemah ini. Aku benci bagaimana keadaan membuatku menjadi sosok yang kehilangan makna dari kehidupanku sendiri. Aku benci mengetahui fakta bahwa aku memang telah lupa seperti apa diriku ini. Aku tak tahu aku hidup ini untuk apa, dan bagaimana lagi aku bisa menjalani kehidupan yang dipenuhi tanda tanya ini.

   Aku butuh seseorang. Sesosok sahabat yang akan bisa ku jadikan tempat untuk bersandar dikala aku butuh untuk menuangkan perasaanku yang remuk ini. Sesosok ibu yang bisa memelukku tiap kali aku butuh semangat dan cinta yang mengelilingiku. Maafkan aku yang selalu banyak meminta, aku hanya tak tahu harus bagaimana lagi, dan menulis adalah obat dari segala keresahanku. 

   Jika memang takdir yang Maha Kuasa berbicara bahwa aku memang harus melalui beratnya hidup ini dan pedihnya hati ini, aku tak apa, aku yakin, semua kesakitan ini pasti akan dibalas dengan kebahagiaan yang takkan mampu kuberkata-kata, selain mensyukurinya. Aku selalu menunggu hal itu, Tuhan, aku akan tetap mencoba melaluinya, tapi tolong bantu aku. Buatlah diriku setegar mungkin dan mentalku sekuat baja. 


Hehehehe. Selamat malam!!! Kalau mampir blog aku sekalian dong visit wattpadku: balqisfauzira. Thanks kalian😍

Kamis, 02 Juni 2016

Jiwa dan Matahari

  Aku duduk sendiri. Termenung dengan ribuan pikiran yang menghantuiku. Ingin menyudahi, tapi rasanya berimajinasi itu indah sekali. Rasanya seperti disentuh oleh Sang Empunya, langsung kedalam jiwa terdalamku. Aku senang, dan aku berterimakasih telah diberikan Nikmat Berfikir oleh Allah SWT. Sang penguasa dunia dan akhirat. Begitu berat masalah yang perlu ku selesaikan, dan begitu banyak tangisan dalam prosesnya. Namun, lagi-lagi aku hanya bisa bersyukur. Sudah terlalu sering, aku menangis dan meragukan ke agungan sang Maha Kuasa.

  Menulis adalah hobiku. Bukan sesuatu seperti kewajiban, namu kebutuhanku. Disaat sedih, aku pasti menumpahkannya dalan tulisanku, tulisan yang masih jauh dari kesempurnaan, masih perlu belajar dan diperbaiki. Aku menulis dengan hati dan spontanitas, oleh karena itu seringkali aku melupakan peraturan menulis yang benar dan baik, karena sejatinya, aku menulis karena aku menyukainya dan karena, menulis membantuku hidup. Dengan pena, aku menuliskan perjalanan hidupku yang penuh drama ini. Dan sekarang, dengan kemajuan teknologi, aku menuliskannya dengan keyboard, tanpa perlu susah payah lagi menghapus coretan penaku, jika aku tau-tau salah menuliskan kata. Aku suka seni. Namun aku juga tak tahu dan tak yakin bahwa aku ada bakat didalamnya. Menurutku, ini bukan bakat, dan pasti semua orang memiliki keahlian menulis, hanya saja perlu dilatih dan harus percaya diri. Sama halnya denganku, aku pun masih berlatih, dalam menulis dan menumbukan rasa percaya diriku.

   Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk membaca blogku yang sangat random dan gak jelas ini. Terimakasih sudah menemaniku dan menjadi temanku dalam kesedihan maupun kesenangan. Kulukiskan bahagiaku dan sedihku serta kuluapkan segalanya dalam diaryku ini! Terimakasih. Aku mencintai kalian.


ANNOUNCEMENT Between Us - Part 1 COMPLETED

Hai! Part 1 nya udah beres nih, tapi banyak yang aku edit dan aku pindahin ke Wattpad! Hehehehe. Penasaran kan? Follow aku diwattpad ya idnya balqisfauzira.


👉🏻👉🏻 👉🏻http://my.w.tt/UiNb/5nvS41J0St 👈🏻👈🏻👈🏻 Itu linknya! Hehehehe sorry ya aku apus hehehehe.

Aku mau jadiin blog sebagai share pengalaman aku, cerita aku, dan puisi aku aja. Untuk novel yang masih on progress itu, aku taro wattpad aja. Btw judulnya juga ganti jadi Between Us.

Thanks for reading!

Between Us. (Half) Part 1 : BAD DAY

   Hujan turun pagi itu. Agak jarang memang, namun berdampak besar untukku hari ini, aku harus bangun sangat pagi, karena kelasku adalah petugas upacara, dimana akulah yang menjadi MC nya. Malas sekali untuk hanya menggerakkan tangan. Rasanya tubuh dan kasur ini adalah sepasang magnet yang susah sekali dijauhkan. Seperti aku dan dia.

    Mau dengan seribu alasan pun, aku dengan terpaksanya harus tetap berangkat ke sekolah, menjalani rutinitasku sebagai Siswa SMA Khatulistiwa. Namaku, Amarra Anita Afisena. Biasa dipanggil Rara. Sekarang, saatnya aku untuk memulai perjalanan panjang dihidupku ini, yaitu pergi ke sekolah. Aku pergi dengan menggunakan motor matic hadiah ulang tahunku yang ke-16, tahun lalu. Dengan dibalut jas hujan, dan semangat yang nihil, aku pun meninggalkan rumah, tentunya dengan sarapan, mencium buku-buku jari ayah dan ibuku, dan bertegur sapa dengan kakak dan adikku.

    06.30, itulah angka yang tertera dalam jam digitalku. Lumayanlah, aku datang 15 menit lebih cepat dari jam yang dijanjikan. Sesampai disana, kondisi lapangan basah, dan langit pun masih tak bersahabat, masih ada rintik-rintik kecil yang turun dari sang empunya. Dan... Upacara dibatalkan. Shit. Itulah yang terpikirkan olehku. Aku tau kalau hujan begini pasti upacara pun tak akan diselenggarakan, namun saat aku berangkat tadi pun hujan sudah mulai tak deras dan... Semua usahaku untuk bangun dipagi hari ini ternyata sia-sia, karena kelasku ternyata akan menjadi petugas upacara untuk minggu depan. Sesal kurasa begitu mendalam, bangun pagi dengan susah payah, berangkat ke sekolah dengan motor dikondisi cuaca yang tak bersahabat, hanya karena takut akan telat dan ternyata semua realita keadaan memang tak pernah sejalan dengan apa yang diharapkan. Aku pun hanya bisa mendongkol dalam hati dan berjalan mengitari koridor, lalu berujung memasuki kelasku yang masih sepi ini. XI IPS 1. Hanya ada beberapa siswa yang memang akan menjadi petugaslah yang baru datang, salah satunya adalah sahabatku, Ratih. Aku pun menghampiri Ratih dengan diikuti duduk disebelahnya, sambil mengeluh dengan muka super jengkel.


"Astaga, gua udah bangun pagi buta demi biar nyampe ke sekolah lumayan pagi yang lo tau jarak sekolah dari rumah itu jauh. Dan parahnya gua nekat bawa motor padahal udah ditawarin dianterin papa aja." Keluhku.
"Ya tenang, you are not the only one. Gua juga kesel. Yang lain juga kesel. Gua kira kan ujan pagi mah biasanya juga cepet gitu kan.  Dan bakal reda juga dengan sendirinya. Tapi gak untuk hari ini, tuh liat deh, makin gede. Alamat banyak yang gak masuk ini mah." Ratih pun menimpali omelanku, dengan dendamnya pada pagi hari ini juga. Ternyata Herdy, teman sekelasku pun mendengar perbincangan kami, dan mulai menggila dengan menyanyikan lagu Sam Smith yang berjudul I'm not the only one.
"I KNOW I'M NOT THE ONLY ONEEE HUUUUUU" dia bernyanyi, dengan sangat fales dan minta disumpel sepatuku yang basah kehujanan ini.
"EH APAANSIH BERISIK BANGET" aku lagi badmood gini, dan sempet-sempetnya si Hardy itu nyanyi, mana Kent, Arya, dan Genta ikut-ikutan. Memang cowok kelas ini udah pada gak ada yang waras kayaknya. Saat sedang sibuk memarahi Herdy dan kawan-kawannya itu, tiba-tiba kami dikagetkan oleh teriakan Rian yang seperti biasa, menggangu dan mengancam. Dasar Alien. Aneh.
"Haduhhhh! Kesel parahlah gua. Lu tau kan gua gak pernah dateng cepet? Dan demi ini gua bangun pagi. Kalau gak gara-gara dipaksa jadi pengibar bendera sama Bu Retno mah mana mau, mana pake dipaksa kalo gamau nanti bakalan kena hukuman." Teriak Rian tiba-tiba dengan penuh emosi, teman sekelasku, well dia bukan temanku, tapi musuh abadiku didaalam maupun diluar kelas.
"Berisik lu. Bukan lu doang yang kesel." Jawabku acuh tak acuh.  


Hari itu pun, sampai sekitar jam 8 hujan masih lebat. Dan siswa yang lain pun datang sangat telat, dengan alasan hujan, yang aku tau bahwa meraka memang sengaja menggunakan alasan itu agar bisa telat. Lagi-lagi, hari ini bukan keberuntunganku. Lantas, kapankah Tuhan akan berbaik hati memberikanku secercah keajaibannya?

***********************************

Waktu terus berjalan, sekolah semakin terasa membosankan. Hari ini karena banyak yang tak datang, guru pun jadi terpengaruh, banyak yang gak masuk dan ironisnya, memberikan kami setumpuk tugas. Nyesel masuk hari ini. Tau begitu, aku pura-pura sakit saja. Hingga jam terakhir pun tiba, kelas seharusnya diisi dengan Jam wali kelas, namun sepertinya beliau terlambat, dan kalaupun tak masuk juga syukurlah, bisa relax sebentar. Tangan rasanya mati rasa nulis tugas sejarah, bahasa, dan kewirausahaan. Sekolah anehnya makin lama terasa jadi beban, padahal harusnya sekolah itu menjadi tempat kita belajar dengan nyaman, tanpa beban apalagi sampai capek gini.

    Sudah hampir setengah jam tapi Bu Rani belum datang juga, sedangka
n 20 menit lagi kami semua akan pamit meninggalkan sekolah yang hari ini terasa boring and tiring. Tiap hari sih. Tapi hari ini seperti puncaknya. Hari sial. Tiba-tiba, dengan terburu-buru, wali kelas kami alias Bu Rani pun memasuki kelas kami, aku pun melirik jam dinding dan 10 menit lagi sudah pulang, buat apa dia masuk kelas sedangkan siswa yang lain pun sudah sibuk dengan urusan masing-masing? Aku sendiri bahkan sempat terlelap dimejaku, dengan Ratih chairmateku yang dikenal hobi tidur dikelas.

"Assalamu'alaikum anak-anak. Aduh, maaf ya ibu baru masuk sekarang.. Tadi ibu abis ngurusin data anak baru buat kelas ini." Ucapnya seraya duduk dikursi guru depan kelas.
"Hah? Anak baru?" Tanya Refan, ketua kelasku. Diikuti suara ricuh suara anak kelas yang kaget bahwa akan ada anak baru, termasuk aku dan Ratih.
"Iya nak, jadi akan ada anak baru. Dua orang. Dan dua-duanya dikelas kita. Dan dua-duanya juga cowok." Tambah bu Rani.
"Wah bu? Kok bukan cewek sih? Hahaha" Ceplos Raka and the gank yang terkenal sangat berisik dan pentolan itu. Diikuti dengan ketawa anak sekelas. Aku sih sebenarnya tak peduli, tapi bingung aja, kenapa sampe dua orang gitu? Dan kenapa mesti dikelas ini? Perasaan Kelas XI IPS 2 dan IPS 3 lebih sedikit dari kelasku, deh. Aku pun sudah tenggelam dengan pikiranku sendiri dan yang akhirnya disadarkan oleh suara bel yang berdering. Jadi dari tadi aku gak tau mereka ngomongin apa dan gak peduli juga. Hari ini aku dan Ratih akan ke bioskop, untuk nonton film kesukaan kami, ADA APA DENGAN CINTA? 2. Kami pun keluar dengan terburu-buru, karena jam tayangnya kurang lebih sejam lagi, dan jarak kesana lumayan jauh dari sekolah. Sesampainya di parkiran, aku pun hendak mengeluarkan kunci motorku, namun nihil. Astaga? Gimana ini? Perasaan tadi aku taro di tas paling depan? Parah banget, yaAllah mana aku buru-buru lagi. Aku pun panik, Ratih yang sedari tadi hanya menunggu di jalan keluar setelah parkiran pun mulai sadar kalau aku panik dan mendatangiku.
"Woy kenapa?" Raut wajahnya pun terlihat panik juga.
"Kunci motor gua gaada nih. Aduh gimana ya?" Aku pun pusing. Rasanya pengen lari aja deh langsung ke Mall.
"Hmm bentar, coba cek dikelas? Tadi lo sempet buka-buka tas lo terus mindahin barang gitu kan kebawah kolong? Kayaknya ikut ketaro deh." Jawabnya, mengingatkanku.
"OHIYA BENER! Tadi gua pindahin deh kalo gasalah ke tempat pensil. Tunggu sini ya? Jagain tas gua. Gua lari aja kesana." Aku pun meninggalkannya, dengan berlari dan shit, aku melewati office boy yang sedang mengepel, and i fell. And some people see me. And they are laughing in front of my face. Gila. Malu banget. Aku pun langsung bangun dengan menutupi wajahku yang memerah karena malu, dan meninggalkan orang-orang yang mentertawakanku dan berjalan ke kelas dengan gaya se cool mungkin. Bener deh hari ini beneran unlucky day banget buat aku. Aku pun sampai dikelas, dan langsung lari ke tempat dudukku. Dan benar saja, kunci motorku ada didalam tempat pensil. Aduh, pelupa banget gua. Pikirku. Dengan kekuatan Flash, aku pun lari secepat mungkin seperti layaknya Flash dalam filmnya. Emang gak secepet itu, tapi aku benar-benar lari, dengan rute yang berbeda, agar terhindar dari lantai basah lagi.

"Aduh itu rok lu kenapa basah? By the way, ayo nih udah jam 3 nanti kita dapet yang malem banget lagi filmnya. Gua gabisa balik malem soalnya." Sesampainya disana aku sudah disambut dengan Ratih yang menggerutu. Nambah bikin panik. Aku membalasnya seadanya karena takut menghabiskan waktu yang saat ini harus kuburu dengan benar. Whatta day. Aku pun meninggalkan sekolah, dengan rok ku yang agak basah dan secepat mungkin mengendarai motorku.


    Sudah setengah jalan, sekitar 15 menit lagi mungkin kami akan sampai, tiba-tiba motorku mogok. Bensinnya habis. Ya tuhan, apalagi ini?! Ratih terlihat badmood, dengan membantuku mendorong motor, mencari tukang bensin terdekat. Untung saja dekat situ ada semacam bengkel dan menjual bensin. Dan satu lagi, yang melayani kami pun sangat tampan. Thank god udah mogok, hahaha. Aku pun senyum-senyum sendiri, dan sepertinya Ratih sadar alasannya kenapa, lalu ia pun mengacungkan jempolnya, tanda setuju.

"Mbak, mau diisi bensin berapa?"  Tanyanya, menganggu imagine kami atas montir tampan ini.
"Eh iya, 10 ribu aja mas, eh dek, eh kak.." Aku malu sekali, kenapa aku malah jadi gugup gini? Emang kebiasaan deh. Lagian mukanya muda banget.
"Wah mbak kenapa? Hahaha. Kita seumuran kayaknya, panggil nama aja, Roy." Ia pun mengulurkan tangannya, yang kotor karena oli. Somehow, it looks even manlier to see a boy in that way.
"Maaf mbak, agak kotor ya? Sorry." Tambahnya. Aku dan Ratih pun menerima uluran tangannya, dengan senang hati pastinya, sambil memberi tahu nama kami dengan malu-malu kucing yang sebenernya agak menjijikan.  Dan kami pun tak peduli mau sekotor apapun tangannya itu, kami tetap senang. Sambil menunggu, kami pun duduk dikursi yang telah disediakan sambil menggosip-gosip cantik, tentang dia tentunya. Hahaha.  Lagi-lagi kami diganggu menggosipkan montir tampan itu, karena ternyata bensinnya sudah isi.
"Mbak, Udah nih" Ia pun memberi isyarat agar kami menghampirinya.......Mau tau kelanjutannya?? Cek postan selanjutnya!

Rabu, 01 Juni 2016

Pahlawanku, Papaku.

   Hi readers!  Apa kata yang pertama kali muncul saat aku menyebutkan nama "Ayah" atau "Bapak" atau "Papa" dan sebutan lainnya, yang kita gunakan untuk memanggil pahlawan kita itu? Kalau aku, EverythingAku memanggilnya Papa. Beliau itu segalanya buat aku. Jatuh bangun hidup aku, semuanya aku laluin bersamanya. Rasa cinta, amarah, bersyukur, semuanya aku pernah rasain buat dia.


  Waktu itu, aku masih kelas 3 SD, Aku dan kakakku tinggal bersama papaku, di Bogor, dan mamaku di Jakarta. Karena papaku adalah salah satu orang penting dikantornya, aku sering sekali ditinggal. Dulu, aku bisa dibilang, seperti sepasang sendal, kalau dipisah, gaada artinya sendal itu, begitu juga aku, setiap ditinggal kerja keluar kota, aku nangis, aku cuman bertiga dirumah, bersama kakak dan pembantuku. Aku tidur dengan papaku, jalan-jalan dengan papaku, beli pakaian, beli buku, beli makanan, semuanya dengan papaku. Bahkan, aku dulu sempat tak bisa tidur tanpa mengelus perutnya, yang lovely dan sudah seperti kewajiban bagiku. Setiap kali papaku pergi lama, pasti aku gak bisa tenang, pengen cepet ketemu terus sama papa. Rasanya kayak mau dibunuh algojo kalau gaada papa, aku gak ngerasa aman. Namun seiring berjalannya waktu, kami menua dan semuanya berubah. 

   Waktu terus berganti, zaman berubah, kami pun sibuk dengan urusan masing-masing. Ayahku dibuat sibuk membabi buta oleh kerjaan dan organisasinya, kakakku sibuk oleh urusannya, dan aku juga sibuk--sebenarnya aku menyibukan diriku sendiri, agar aku tak pernah merasa sendiri lagi. Aku sadar, kesibukan ayahku, itu bukan karena dia mau meninggalkanku, atau acuh tak acuh padaku, apalagi tidak peduli padaku. Dia peduli dan dia mencintaiku, oleh karena itu dia bekerja dengan kerasnya, melupakan tubuhnya yang tak seenerjik dan sekuat dulu, melupakan kesenangannya sendiri dengan lebih mengutamakan aku dan kakakku. 

   Aku tak tahu apa artinya hidup ini tanpanya. Jika bukan tanpa beliau, aku pasti sudah kehilangan jalanku, sudah hancur, luar dan dalam. Sudah bebas namun dengan jiwa terkurung. Dia pahlawanku. Namun pahlawan yang bersembunyi dibalik doa dan usahanya untukku. Aku sering sekali marah padanya, memintanya untuk lebih memperdulikanku, untuk lebih meluangkan waktunya untukku, untuk lebih membuatku merasakan bahwa aku itu punya keluarga... Namun, aku menyesal. Aku punya keluarga. Dan beliau adalah kepala keluarganya. Kepala dari semua hal yang akan aku lakukan dan apa yang telah kulakukan. Maafkan aku pahlawanku, bila aku tak pernah menghargai jasa-jasamu, kutuliskan cerita ini, dengan air mata berlinang, berdoa kepada Allah akan kesehatanmu dan dimudahkannya segalanya bagi kita. Aku mencintamu, pahlawanku. 

   For me, Father is my everything. And ofcourse my mother too. But sometimes, we always forget about that one man who has given us his strenght just to make our future brighter, just to put a smile on our faces even when he has to through the ups and downs to reach that, as long as he could see his daughter and son are happy. I love you, My Hero, I love you Papa. I'm sorry for misunderstood u for a long time and i do apologize for all the bad things i have ever done to you. Thank you for raising me and helping me out in everything, even when you have to be sad, but you you still do it, and thank you for treating me so well, you are  my first love! And you'll always be. I love you. 

Selasa, 31 Mei 2016

Putih Abu

  Masa SMA itu kayak nano-nano, rasanya macem-macem, tapi paling beda dan paling sedih buat ditinggalin. Aku emang belum lulus, dan masih ada perjalanan kurang lebih 9 bulan lagi, tapi aku memiliki pengalaman SMA yang berbeda dari kalian. Nah, sekarang aku bakal bagi-bagi, yang menurutku beda tuh yang gimana, hehehe.

   Aku sempat bersekolah di SMAT Krida Nusantara Bandung, buat yang gak tau, itu adalah sekolah semi-militer, tapi kita juga belajar seperti anak-anak sekolah lain, sekolah itu pun TERAKREDITASI A, dan berkurikulum 2013, tapi sekarang udah balik lagi, sama kayak sekolah lain. Tiap angkatannya, ada 10 kelas ( bisa 6/7kelas IPA dan 3/4 IPS) tapi ada juga yang 9 kelas, semuanya kembali lagi ke peraturan sekolahnya, kami belajar, menuntut ilmu, mengerjakan tugas hingga larut malam, sama seperti anak-anak sekolah lain. Tapi ada yang berbeda. Pertama kali datang, kami akan ditimpa dengan yang namanya BASIS selama 3 Bulan, dengan BINJAS dari TNI AD. Itu salah satu masa terlelah sih, kami harus olahraga bahkan dari shubuh, pulang sekolah, dan bahkan setiap perpindahan tempat kami berlali, yang sebenarnya bikin betis bengkak banget, hahahaha. Kami dituntut untuk jadi disipilin dalam segala hal, terutama urusan waktu, kami diajari untuk menghargai waktu yang kami punya, jika kalian terbiasa lelet dalam melakukan segala hal, dan terbiasa menyepelekan ketertinggalan waktu, maka, disitu kalian akan kesusahan banget. Selama 3 bulan itu, kami terus mengulang fase yang seperti itu, banyak yang kekurangan berat badan, kulit menjadi terbakar matahari, harum menjadi tak enak karena dibanjiri keringat terus, dan hobiku disana bertambah, yaitu jadi suka tidur. Entah mengapa, saat disana, aku selalu saja ingin tidur. Dikelas, di ruang makan, di masjid, bahkan diaspal pun aku bisa tidur, pokoknya dimanapun hahahaha. Karena saking capeknya sih, ditambah lagi cuaca disana dingin gitu, apalagi dikelas. Alasan aku capek ya karena itu, setiap pergerakan butuh lari, sambil bernyanyi juga, tenggorokan capek, badan remuk, kaki pegel, satu paket deh pokoknya. Dan tiap shubuh, kami harus ke masjid pukul 04.00 atau kurang, jadi kadang, sampai disana pun, ada yang shalat tahajud, baca qur'an, tapi waktu 3 Bulan itu, kami pakai untuk tidur lagi. Rasanya lelah banget soalnya, walaupun basis angkatanku katanya gak sebanding sama yang sebelumnya, gak kebayangkan abang teteh yang dulu kayak gimana? Ya seenggaknya, ada satu kesakitan yang pernah kami rasakan bersama-sama. 


   Tapi dari kelelahan itu, kita jadi belajar apa pentingnya arti kebersamaan, arti keluarga karena selama 3 Bulan itu kita lost contact sama keluarga. Dan akhirnya disanalah, kita bertemu dengan keluarga yang baru, teman-teman seangkatan. Aku dituntut untuk hafal semua nama angkatan, dan itu udah jadi hal biasa, karena selain itu, aku juga harus menghafal nama abang dan teteh kelas 2 dan 3. Disana kami dituntut KORSA alias Komando Satu Rasa. Apapun yang dilakukan, harus demi kepentingan bersama, gaboleh apatis alias egois dan mementingkan diri sendiri, kita juga gaboleh watak alias malas atau mengedepankan watak kita sebenarnya yang malas, karena disana harus benar-benar kuat, secara mental dan fisik. Berpakaian, makan, semuanya ada hitungannya, aku gaakan cerita semua, tapi kira-kira begitulah.   
 

Merekalah keluargaku saat aku masih disana, dan akan tetap menjadi bagian dari masa-masa indahku, dan juga bagian hidupku sampai sekarang. Ya sekarang aku pindah, baru sekitar 6 bulan aku bersekolah di sekolah baruku, yaitu SMAN 2 Bogor. Semuanya terasa berbeda, namun asyik juga. Karena aku juga harus terbiasa dengan keberadaanku disekolah ini, yang dari sistem dan segalanya saja sudah jauh berbeda. Tapi, aku senang. Masa SMA ku terasa berwarna, bisa merasakan hidup di 2 sekolah yang berbeda, sangat jauh berbeda. Nanti, aku bakal cerita tentang kelas baruku. Udah dulu ya. Sampai ketemu nanti! 

Rintihan Jiwa

Ujung jemariku menyentuh jiwanya
Jiwanya yang sehalus kapas
Selembut sutra dari surga
Seharum mawar yang bermekaran
Namun...
Aku tak mampu lagi melepaskan sentuhanku
Seperti ada magnet yang terhubung diantara kami
Magnet kehidupan yang berakar dari cinta
Beribu kali kucoba lepaskan namun selalu gagal
Energiku terasa habis dibuatnya, jiwaku terasa ikut terbakar, takut akan keindahan jiwanya yang membuatku hatiku buta, membuat jiwaku lumpuh, membuat hidupku tak normal

Sesak kurasa didada, menahannya hingga luapan air mata jadi korbannya
Segumpalan amarah ku tahan, dengan hati mengeras dan tak berdaya
Kuasa Tuhan macam apa ini? 
Mengapa aku tak kuasa tuk berpindah?
Mengapa aku tak kuasa berjalan dari roda kehidupan yang tak manusiawi ini?
Apa aku akan terus terikat disini?
Menyaksikan tubuhku, jiwaku, semuanya hancur satu persatu
Membiarkan angin menghempaskannya kemanapun 
Seperti yang dilakukannya, menghempaskan perasaanku ke arena perang nan berbahaya
Apakah aku hanya akan menyaksikannya? 
Tak ada jawaban bahkan hingga saat ini,
Hingga sungai kehidupan mengering..
Dan panas matahari terasa dingin...


Balqis Fauzira Adawinsa Putri, May 31st 2016, 8:17 PM.

Senin, 30 Mei 2016

Sedingin Es, Sekuat Baja, Semahal Emas & Semisterius harta karun.

  Hai! Good morning! Hahaha, bingung ya sama judulnya. Sekarang, aku bakal cerita-cerita tentang seseorang itu. Sama kayak yang aku bilang, dia emang sedingin itu, tapi sebenarnya dia juga sesosok orang yang berkepribadian hangat, sama seperti dispenser, asalkan tau cara makenya, pasti bisa bedain kapan waktu yang tepat untuk milih dingin atau hangatnya.

   Dia memang bukan satu-satunya cowok yang ada dihidupku, tapi entah mengapa, hanya dia yang meninggalkan perasaan mendalam. Luka mendalam. Rasa ingin tahu yang mendalam. Walaupun aku tau, pasti rasanya bakal sakit banget kalo masih tetep batu kayak gini. Dia itu beda, dia emang dingin, tapi dia sekuat baja, mentalnya, pemikirannya yang beda, itu adalah daya tariknya. Beberapa kali aku curhat sama dia, dia gapernah muluk-muluk kalo ngasih saran, sedikit, tapi emang bener. Aku inget banget, dia pernah kasih saran tentang pacaran, karena kebetulan, dia itu udah seperti kakak sendiri, jadi aku sering cerita banyak... Ya walaupun sebenarnya, aku menganggapnya lebih dari itu. Dia pernah bilang gini, 
"Pacaran itu ya buat senang-senang, kalau emang lu nya ganyaman ngapain? Sakit iya. Dosa iya. Seneng kagak. Buang-buang waktu sama tenaga." Kata-kata itu tuh selalu terngiang-ngiang, bener banget soalnya. Dan lagi-lagi, kata-kata dia yang ini tuh malah bikin aku makin jatuh cinta. Dia juga buat emas seperti aku, one day, my friend ever told me something "buat dapetin emas itu susah zir, tapi kalo cari batu gampang. ya kan?" Maksud dia itu, buat mencari orang yang seperti emas itu gak gampang, dan buat aku, emas itu dia. Dan dapetin emas itu gak semudah itu. Gak kayak nyari batu, gausah nyari juga, pasti bakal ada disekitar kita. Kadang aku mikir, buat apa galau gajelas, buat apa aku tetap menulis kata-kata cinta, kalau pada akhirnya, aku bakalan cuman sakit hati. Tapi entah kenapa, aku malah semakin pengen nyoba. Karena dia itu misterius. Dia gapernah nunjukin rasa sayangnya, karena lagi-lagi, teman saya juga pernah bilang, kalo dia itu sebenarnya udah usaha, cuman dia lakuin dibelakang layar, dan sekarang, cewek itu selalu butuh tindakan nyata, dimana dia itu orangnya gak kayak gitu.


  Aku kenal dia saat SMA. Dari awal pertama kali liat, dia udah punya sesuatu yang beda, dia berkarisma, good looking, famous, but he's not arrogant like the other guys in my life. Sejak pertama ngeliat dia bicara, aku tau, dia udah beda, dia tau cara menyelesaikan masalah, tanpa otot, tapi dengan otak. Kalau emang harus pakai teriak-teriak, dia bakal teriak, tapi dia selalu dengan tenangnya, bicara aja, dengan gaya yang sebenarnya dia pernah bilang "kalo mau jadi pemimpin itu, ya harus keliatan pinter kalo ngomong depan umum. Gua udah kayak gitu blm? Kalo blm, berarti gua gagal" hahaha. Tapi emang bener. Dia emang keliatan smart banget. Gimana nggak, adek kelas bahkan anak seangkatannya gak suka sama dia? Tapi lagi-lagi, dia itu misterius. Dan buat dia, cewek itu bukan sesuatu yang mudah. Dia lebih milih buat main games, kata dia less stress. Hmm, keseluruhan, semua yang ada di diri dia, aku suka, dan walaupun ada yang gak aku suka, justru itulah yang bikin aku masih bertahan sampai sekarang, karena dia itu punya pemikiran yang beda sama kita semua, susah sekali dibaca pikirannya, dia bukan orang yang ekspresif dan gamau kalo orang-orang tau tentang privasinya. Semua orang juga gaakan mau tau. Tapi... Dia tuh gitu deh hahahaha.


  Berkali-kali aku dibuat jatuh bangun sama dia, tapi aku tetep coba buat bangun, aku yakin, dia pasti yang terbaik. Tapi aku juga bakal hanya ngekeep ini buat aku, dan aku juga nyadar kalau aku sering jahat, karena sekuat apapun usaha aku buat move on, dengan orang yang jauh lebih baik dan lebih sayang sama aku daripada diri aku sendiripun, aku tetap gabisa. Lagi-lagi pada akhirnya tergila-gilanya sama dia. Aku takut sebenernya. Karena ada orang favorite aku yang pernah ngomong kayak gini, 
"Jangan terlalu menggantungkan harapan sama dia. Karena biasanya pada akhirnya kalau kamu terlalu berharap, akhirnya bakal kecewa" hiks. Bener banget sih. Tapi ya... Gitu deh. Aku susah jelasinnya. Aku udah bilang kan kalo dia itu susah di describenya? Hahahaha. Okay, udah dulu ya. Good bye! 

    


  

Perjalanan Panjang

  Forget about the last thing i told you in the previous post, now, i will tell y'all about my long journey, but i will just make it sure, idk how long will i write it down, so.. just stay tune!

   Perjalanan hidup itu adalah perjalanan kita menembus ruang dan waktu selama kita senantiasa dengan mudahnya bernafas. Alhamdulillah. Perjalanan hidupku, bisa dibilang tidak semudah itu. Banyak hal yang harus aku lalui, ups and down just like how life supposed to be, ya gitulah kira-kira. Tau gak rasanya hidup, tapi kadang jiwa berasa kosong? Nah, seperti itulah untuk mendeskripsikan hidupku.

    Aku lahir tanggal 7 Juni 1999, di Bogor, saat itu, Allah telah mengadiahi kedua orang tuaku dengan kelahiranku, seorang anak perempuan, yang mereka harap akan secantik namanya Balqis, yang aku yakini sampai sekarang, bahwa Allah tidak pernah salah memilih mereka, dan aku juga tak ada hak untuk menolak apalagi sampai menyesal, karena sejatinya, mereka adalah hal terindah yang pernah aku punya.  Dengan  seorang kakak yang berbeda 4 tahun dariku, seorang kakak laki-laki yang sejatinya menjadi tempat berlindung untukku, dikala aku sedih maupun butuh tempat mengadu. 

   Belajar dari kehidupan Nabi Yusuf, yang dijahati keluarganya, namun tetap tabah, dan Allah pun akhirnya menolong dia, dengan Subhanallahnya, belajar dari Rasulullah SAW, yang dihujat, bahkan sampai dilempari kotoran, tapi tetap tersenyum dan baik hati.. Mereka semua inspirasiku. Aku malu, kalau dengan masalah yang sekarang aku hadapi, yang masih sedikit untuk dibilang PERJALANAN PANJANG, dibanding mereka, aku bukan apa-apa. Aku pun iri dengan kesetiakawanan Abu bakar kepada Rasulullah SAW, Apapun yang terjadi, melindungi Rasulullah SAW adalah wajib baginya, kapan aku ditakdirkan mendapat seorang sahabat seperti itu? Sering terpikir begitu. Namun aku tau, teman-temanku, pun, sudah lebih dari cukup. Sekarang, kita hanya perlu belajar bersyukur, dimulai dari menghargai hal kecil. 

  Saat itu, dikeheningan hari dan jiwa yang kosong. Aku, seorang gadis, belum genap 9 tahun saja, aku sudah merasa hidup itu adalah hal tersulit. Pikiranku memang tak pernah sama dengan remaja seumuranku. Masalah yang menimpa, membuat kita semakin dewasa, begitupun aku. Aku tak bisa memilih, dimana pada akhirnya aku hanya menjalani, dan meyakini, bahwa ini hanyalah Tujuan Allah, yang mana membuatku untuk menjadi kuat, mendidikku supaya berani, dan mengajarkanku the value of life. 

  Untuk Anak-Anak Broken Home diluar sana, percayalah, Hidup itu tidak sesulit itu, kok, asalkan kalian juga mau berusaha dan jangan pernah lupa kalau Allah selalu bersama kita. Caranya memberi masalah, mungkin hanya maksud dari kerinduanNya akan kita yang sudah lama sekali meninggalkannya dan melupakan panggilanNya. Jangan pernah juga menyalahkan orang tua kalian, mereka tidak salah, setidaknya, tanpa mereka, kalian tidak akan disini sekarang, menjalani kehidupan yang begitu berwarna. Walaupun aku tau, kadang kalian berdoa agar kalian tidak ada saja kan? Tenanglah, kalian tak sendiri. Ada aku. Ada Allah. Pernah suatu hari aku menangis, merasa Allah sangat tidak adil, mengapa hanya aku? Mengapa Allah begitu jahat? Tapi, aku menyesalinya dikemudian hari, karena aku sadar, aku ini termasuk orang yang beruntung. Lihatlah, orang-orang diluar sana belum tentu sekuat kita, belum tentu semandiri kita, dan ingat ini masih awal dari Perjalanan Panjang kita. Percayalah bahwa selalu ada Allah disisi kita. 

   Broken Family is not broken when you know, the whole family are loving each other and maybe, we 
are just having a different ways to show it and trust me, everyone deserves to be happy, but in a million ways, and i believe that someday, the tears, the night thought, or even the bad thought about leave our life will turn to be a good thing, but once again, we just need to wait. Because there'll always a rain before a rainbow. And there'll always an appreciate after a lot of efforts that we have put on. Cheer up! 

   Maaf i write a lot. Sebenernya, ini tuh diari berjalan aku hahahaha. 

Cinta dan Rasa Sakit

   Hai! Selamat malam. Hmm.. Menurut kalian cinta itu apa sih? I had an arguement with my friend, a long time ago, he said that "you're too young to understand love" Well, guys, menurutku, Kesadaran seseorang sama cinta itu gak bisa ditolak ukur sama umur seseorang. Karena tanpa kita sadari, seringkali kedewasaan itu gak sebanding sama umur seseorang. Maksudku, kita gak bisa menghakimi seseorang hanya dari umurnya, bisa jadi seseorang yang lebih muda dari kita, justru lebih dewasa daripada kita, begitupun sebaliknya untuk orang yang lebih dewasa dari kita. Apalagi Cinta. Kalau untuk aku, saat aku mendengar cinta, yang ada didalam benakku itu rasa sakit, tapi rasa sakit yang memang sewajarnya ada, dan malah aku ingin meminta lebih.

   Bicara tentang Cinta, Cinta itu bukan hanya rasa suka atau sayang kita sama seorang cewek/cowok, tapi Rasa Cinta itu adalah perasaan wajar yang pasti dimiliki sama seseorang, suatu hal lumrah dalam kehidupan manusia, seperti layaknya saat kita masih kecil, bagi kita Cinta itu adalah Keluarga, sampai sekarang pun begitu. Namun, seiring berjalannya waktu, dan semakin bertambah dewasanya kita, Cinta dalam bentuk anugrah, sebuah perasaan terhadap lawan jenis pun mulai menghantui. 

   Untukku, Rasa cinta dan sakit hati itu adalah satu paket yang pasti aku dapatkan, dimana aku tak akan bisa mendapatkannya secara terpisah dan cuma-cuma, harus dengan usaha yang bertubi-tubi, walaupun ada bom sekalipun dihati kita, yang membuatnya hancur berkeping-keping hingga tak bersisa. Bagiku, Cinta itu seperti Narkoba. Kau tau itu salah, kau tau kau akan terluka, tapi justru itulah yang membuatmu tetap mencobanya, bahkan ketagihan tak karuan, hidup pun seakan tak akan bisa berjalan mulus tanpa hal tersebut. Sesakit apapun itu, seperih apapun luka yang ditinggalkan, seberat apapun cobaan yang akan dihadapi, kau tetap melaluinya, walau harus dengan peluh dan air mata yang menemani. 


  Suatu hari, seorang teman baikku pun berkata, perasaan suka sam orang itu adalah hal wajar, itu adalah anugerah yang gak bisa kita lepas, kita cuman harus tau gimana ngendaliinnya sehingga berujung baik sama hidup kita. Bersyukurlah kita bisa suka sama orang, karena kalo nggak, hidup tuh gak ada rasanya. Kaya main pistol, gaada pelurunya. Kaya main games, tapi gaada gambarnya. Aneh.  Aku setuju banget sih sama dia, bener kan? Kalian juga setuju ya?  Aku bilang gini, karena aku tau.. Aku ngerasain berkali-kali, gimana rasanya jatuh bangun dalam hidup percintaan, aku emang masih 16 tahun jalan 17 tahun sih, tapi pemikiran aku gak semuda itu, soalnya dari kecil, Mungkin Allah sayang banget sama aku, jadi aku dibiarin berusaha dari masih kecil banget. 

   Kalo bicara tentang Perasaan suka sama seseorang, aku punya seseorang yang meninggalkan luka, kenangan, dan perasaan mendalam. Sampai sekarang. Dia beda dan itu yang bikin aku makin ingin didekatnya, walaupun dia terus menghindar dengan seribu caranya, walaupun harus disakitin berkali-kali. 

    PENASARAN KAN SIAPA DIA? Next chapter ya, lusa atau besok aku bakal cerita. soalnya kalo sekarang, bisa berapa panjang coba. Dia itu susah di describe soalnya. Hahahah.

   

Life and Choosing

Hidup dan Pilihan. Kira-kira apa yang ada dipikiran kalian pas denger kata-kata kayak gitu?

   Well, Hidup itu buat aku sesuatu yang aku sangat syukuri sampai saat ini. Dengan diberikannya kesempatan untuk aku melihat dunia, yang ternyata tak semudah dan seindah yang aku impikan, namun lebih banyak kepahitan dan ketersiksaan. Tapi terlepas dari semua itu, aku tetap bersyukur. Aku masih diberi kesempatan bertemu dengan orang-orang baik disekitarku, dan belajar untuk memahami perbedaan sifat dan sikap orang-orang disekitarku. 
   
    Hidup dan Pilihan adalah dua hal yang saling berkaitan. Dalam hidup, kita harus bisa memilih dan menentukan, apa yang baik dan buruk untuk hidup kita. Namun terkadang memilih itu hal yang paling sulit yang harus dilakukan, sometimes it makes me dizzy just to think about that. Kadang, apa yang kita pilih, yang menurut keyakinan kita sendiri itu baik, menurut orang lain belum tentu baik juga. Tak semua orang memiliki pendapat yang sama dengan kita, nah itulah hidup. That's why i told you, Life and Choose are related. Aku bicara disini bukan untuk menggurui, apalagi menghakimi, tapi aku bercerita mengenai pandanganku tentang Hidup dan Pilihan yang kadang membuatku gila. Seringkali aku menentukan pilihan yang menurutku tak sesuai jalan dengan akal sehatku, namun aku harus tetap melaluinya, karena jika tidak, i can't survive. 


  Untuk kali ini, sebagai pembuka, aku cuman mau bilang itu aja dulu, next chapter, abis ini juga aku bakal cerita. Makasih ya buat yang udah baca! Aku berharap kalian suka sama diary berjalan aku ini! Tapi sedih ya btw, blog aku isinya pada ilang hiks. Bye!