Waktu itu, aku masih kelas 3 SD, Aku dan kakakku tinggal bersama papaku, di Bogor, dan mamaku di Jakarta. Karena papaku adalah salah satu orang penting dikantornya, aku sering sekali ditinggal. Dulu, aku bisa dibilang, seperti sepasang sendal, kalau dipisah, gaada artinya sendal itu, begitu juga aku, setiap ditinggal kerja keluar kota, aku nangis, aku cuman bertiga dirumah, bersama kakak dan pembantuku. Aku tidur dengan papaku, jalan-jalan dengan papaku, beli pakaian, beli buku, beli makanan, semuanya dengan papaku. Bahkan, aku dulu sempat tak bisa tidur tanpa mengelus perutnya, yang lovely dan sudah seperti kewajiban bagiku. Setiap kali papaku pergi lama, pasti aku gak bisa tenang, pengen cepet ketemu terus sama papa. Rasanya kayak mau dibunuh algojo kalau gaada papa, aku gak ngerasa aman. Namun seiring berjalannya waktu, kami menua dan semuanya berubah.
Waktu terus berganti, zaman berubah, kami pun sibuk dengan urusan masing-masing. Ayahku dibuat sibuk membabi buta oleh kerjaan dan organisasinya, kakakku sibuk oleh urusannya, dan aku juga sibuk--sebenarnya aku menyibukan diriku sendiri, agar aku tak pernah merasa sendiri lagi. Aku sadar, kesibukan ayahku, itu bukan karena dia mau meninggalkanku, atau acuh tak acuh padaku, apalagi tidak peduli padaku. Dia peduli dan dia mencintaiku, oleh karena itu dia bekerja dengan kerasnya, melupakan tubuhnya yang tak seenerjik dan sekuat dulu, melupakan kesenangannya sendiri dengan lebih mengutamakan aku dan kakakku.
Aku tak tahu apa artinya hidup ini tanpanya. Jika bukan tanpa beliau, aku pasti sudah kehilangan jalanku, sudah hancur, luar dan dalam. Sudah bebas namun dengan jiwa terkurung. Dia pahlawanku. Namun pahlawan yang bersembunyi dibalik doa dan usahanya untukku. Aku sering sekali marah padanya, memintanya untuk lebih memperdulikanku, untuk lebih meluangkan waktunya untukku, untuk lebih membuatku merasakan bahwa aku itu punya keluarga... Namun, aku menyesal. Aku punya keluarga. Dan beliau adalah kepala keluarganya. Kepala dari semua hal yang akan aku lakukan dan apa yang telah kulakukan. Maafkan aku pahlawanku, bila aku tak pernah menghargai jasa-jasamu, kutuliskan cerita ini, dengan air mata berlinang, berdoa kepada Allah akan kesehatanmu dan dimudahkannya segalanya bagi kita. Aku mencintamu, pahlawanku.
For me, Father is my everything. And ofcourse my mother too. But sometimes, we always forget about that one man who has given us his strenght just to make our future brighter, just to put a smile on our faces even when he has to through the ups and downs to reach that, as long as he could see his daughter and son are happy. I love you, My Hero, I love you Papa. I'm sorry for misunderstood u for a long time and i do apologize for all the bad things i have ever done to you. Thank you for raising me and helping me out in everything, even when you have to be sad, but you you still do it, and thank you for treating me so well, you are my first love! And you'll always be. I love you.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar