Rabu, 22 Juni 2016

Tak Lagi Sama

     Ketika kamu menjatuhkan sebuah gelas, pasti akan pecah berkeping-keping kan? Dan bentuknya pasti tak akan sama lagi. Tak akan pernah sama. Seusaha apapun kamu membuat itu terlihat sama, ya, mungkin memang akan terlihat sama, tapi, kamu tau, kan? Bahwa itu sudah berbeda. Sama halnya dengan perasaan.

  Ketika seseorang yang kita kenal, berubah, karena memang sudah fase dalam kehidupan pasti akan ada perubahan, namun sulit sekali menerima perubahan itu. Bagaimana? How to deal with that? How could you accept their difference? Because all you got is nothing, but it feels hurt. A lot. Ketika perubahan itu justru membuat sebuah bencana yang hal apapun tak akan bisa menyelematkannya, karena sejatinya hanya satu hal yang bisa membuat luka akan perubahan itu mereda, yaitu menerimanya dengan keadaan yang baru. Bersandiwara seolah-olah, tak ada sesuatu yang mengusikmu, walau rasanya bagai ditikam ribuan belati.


  Manakala, kau menemukan sesosok orang yang kau cintai, namun dia bukanlah takdirmu, melainkan bencana bagimu, yang hanya memberi hujan dalam harimu, petir dalam telingamu, dan longsor dalam hatimu. Belum lagi gempa bumi yang diakibatkan oleh letusan gunung dihatimu yang akan pecah dan hancur, berkeping-keping itu.

  Aku, bukan sebuah pujangga cinta apalagi seorang pengamat alam. Cinta yang membuatku begitu. Menerima perubahan seseorang memang sangat sakit. Tapi ada satu hal yang harus disyukuri, kita bisa tau, apakah kita akan kuat menerima atau harus melepaskan semua yang telah kita genggam dengan erat selama ini? Itu pilihan kita. Ingin menyelami lautan dalam dan berakhir di segitiga bermuda atau terbang dilangit dengan bebas? Hanya kita yang bisa menentukan.

  Jangan buat diri kita bodoh dengan mengulangi kesalahan yang sama. Tetap melakukan hal bodoh yang sudah tau diakhirnya hanya akan meninggalkan luka terdalam dihati. Membuat lubang hitam besar berisi kesakitan yang kau tanpa sadar telah menggali dan mengubur semua dukamu didalamnya.


  Pesan singkat, Jika ada seseorang yang mau tetap menerima perubahan itu dengan lapang dada yang walau dirasa hanya akan membuat badan itu runtuh, bahkan untuk berdiri pun tak mampu, jagalah orang tersebut. Mereka rela jadi bodoh. Hanya demi angan yang mereka tahu takkan bisa diraih, sebab hanya bisa berharap akan satu persen kemungkinan bahwa mungkin mereka akan diterima dan bisa mengisi kekosongan diperubahan itu.

2 komentar: