Minggu, 26 Juni 2016

Sad, Beautiful, Tragic. Life.

    Ketika hidup sudah tak sealur dengan pikiran bahkan dengan pilihan kita, rasanya ingin sekali mengaduh kepada sang Ilahi, namun sadarkah? TanpaNya, kita bukan apa-apa. Bangunlah. Hadapai kenyataan.


Ya begitulah kataku. Kata mereka. Kata orang-orang. Disaat kalian sedang dalam masalah hidup yang parah, anggaplah kalian masih dalam proses menuju kedewasaan, saat masalah yang masih saja menjadi bibit sel telur, lalu membesar dan akhirnya lahirlah menjadi seorang bayi dan tumbuh begitu besar, dan boom! Menjadi sebuah boomerang! Hancur sudah semua apa yang sudah kau coba rawat dari seorang bayi kecil tak berdosa hingga seorang dewasa yang tan luput dari dosa.


1. Sel Telur

Masih dalam sebuah proses pembuatan, masih dibilang terlalu kecil namun sebuah langkah yang besar. Begitu juga awal dari permasalahan. Teman, Orang Tua, Guru, bahkan diri saya sendiri seringkali menasihati diri saya sendiri

"Jangan terlalu membesar-besarkan masalah, gak ada gunanya. Kamu sendiri yang sakit."

Ya, aku sendiri yang sakit. Aku tau. Kita semua tau. Tapi justru, dari sel telur ini kita bisa belajar banyak, bagaimana cara belajar mengembangkannya, mau dibesarkan menjadi sebuah parasit? Atau menjadi sebuah kebanggan?


Disaat sel telur ini mulai membuahi sang ovum, lalu jadilah sebuah janin. Menempel. Tak akan lepas dan akan mulai memisahkan diri disaaat memang sudah waktunya tiba.


Begitu juga dengan masalah.



2. Bayi & Beranjak Dewasa


Saat akhirnya, bayi itu lahir, berarti itu sama saja dengan masalah itu yang mulai akan menjadi menghantui hidup anda. Tinggal pilihan kita saja, mau dibesarkan seperti apa?


"Inget, gak usah terlalu dibuat jadi sesuatu yang seharusnya gak ada nilainya." Begitu kata diri saya sendiri tiap kali saya punya masalah serius. Bohong memang kalau saya bilang gak apa-apa dan malah pura-pura asik menonton beranjak dewasanya bayi itu, ya, beranjaknya masalah itu, tinggal pilih saja, mau kalian yang dibuat bingung oleh masalah sendiri atau mau masalah itu yang anda buat bingung?

Dalam mengurus bayi, pasti cobaannya berat, kesabaran yang dibutuhkan bertubi-tubi, rasanya seperti pagi, siang, malammu semua waktumu hanya untuk bayi kecil itu, tangisannya, tertawanya, itu juga milik kita, nah, begitupun dengan masalah, dalam mulai menyelesaikan masalah, pasti kita tau kan, cobaan akan semakin diuji, namun disaat itu juga kita akan menjadi kuat, mental, atau malah jatuh? Kedasar jurang dan tak ditemukan dimanapun.


Saat anak itu mulai beranjak dewasa, sifatnya pasti sudah bak raja. Semua hal yang diinginkan harus terwujud, sebagai orang tua, kepala anda seperti akan meledak, hidup anda akan bercerai-berai, dan anda akan melakukan apapun, asalkan anak itu bahagia.


Begitupun, dengan masalah. Anda akan merasa mabuk, bahkan sampai ingin mati, namun lagi-lagi, anda akan melakukan apapun, untuk membuat masalah itu selesai. Bahkan jika harus ada kebahagiaan yang dikorbankan. Dan didalam tahap ini, masalah hidup anda berarti semakin memberat.


3. Dewasa & Menua


"Saat orang udah dewasa, pasti maunya jadi banyak. Tapi saat itu juga jadi sadar, kalo gak semua hal diraih semudah meraih buah cherry dipohonnya yang bahkan masih perlu usaha." Ya, itu kata-kataku. Berdasarkan beberapa bukti yang aku sudah saksikan juga. Karena saat dewasa ini, semua hal terasa begitu sulit, semuanya terasa begitu pilu, dan membuatmu terasa hilang ditempat berantah.


Klise dan lebay ya? Namanya juga hidup. Hehehehe.

Disaat sudah dewasa ini, masalah berarti sudah bersifat kronis, dan lagi-lagi yang bisa kita lakukan itu... Berusaha. Dari awalpun dari masih menjadi sebuah sel telur, harus ada usaha juga. Tinggal kita yang harus pandai memilih, menentukan semuanya sebaik mungkin. Jangan lelah. Jika perlu menangis, itu wajar. Saya pun pernah menangis semalaman tak henti. Namun berjanjilah, besok jangan menangis lagi!


Bohong ya? Tak apa. Menangis saja. Selama kita yakin, pasti ada jalan. Di masa dewasa ini, masalah yang bahkan semakin runyam, membuat kita semakin kuat dan semakin dekat dengan Sang Kuasa.



Aku bukan motivator, cuman berbagi. Semua orang punya masalah, tergantung bagaimana menyikapinya. Kadang pasti kalian mikir..


"Kenapa sih harus gue? Gak ada apa selain gue yang dikasih masalah berat banget?"

Ya. Kata-kata itu sering banget muncul dipikiranku. Menghantuiku. Menakuti hari-hariku. Mengutuk keinginanku untuk bahagia. Tapi, aku coba sabar, dan memang harus. Kita berpikiran seperti itu karena yang kita bandingkan selama ini adalah orang-orang diatas kita, coba saja sekali, lirikkan pandanganmu kebawah, tontoni rakyat yang tersiksa, jauh daripada kita yang bahkan untuk makan pun tak punya.


Sedih memang...



Salam semangat!


Mohon do'a ya untuk semua masalah. Segitu dulu.

Kamis, 23 Juni 2016

Sabar dan Kerinduan

  Bicara tentang kesabaran, pasti itu bukanlah hal yang mudah. Saat hati dan pikiranmu ditarik ulur, ingin marah namun tak bisa, sulit rasanya, dan disitulah kita harus belajar bersabar. Mencoba mengikhlaskan. Sekuat mungkin bertarung melawan ego yang kita miliki. Seperti yang Allah SWT pernah kumandangkan dalam salah satu ayat Al-Qur'annya:

"Hai orang-orang yang beriman. Bersabarlah kamu, dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiaga-siaga (diperbatasan negrimu) dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beruntung." Q.S Al-Imran:200

Seperti yang sudah dikatakan disitu, bersabarlah. Sebagai umat yang beriman, kita harus kuat. Walau rasanya sangat sulit, rasanya bagai dirimu tak mampu lagi untuk bernafas, saking banyaknya oksigen yang telah kau keluarkan dari paru-parumu dan saking seringnya kau menahan beban dalam jantungmu.


Ada fase dimana tak semua hal bisa kita miliki. Karena memang sudah mutlaknya seperti itu. Aku pun, terkadang harus dengan tabah menjalani hari, sampai sekarang pun aku masih belajar ikhlas, karena hati ini belum lapang, masih ada butiran kenangan yang menghantui. Siraman ego yang membasuhi kalbuku. Jiwa ini terbakar karena terlalu dipaksakan.

Hidup memang tak selalu untuk bahagia, tapi bukan berarti kita tak boleh tersenyum. Tertawalah selagi kau bisa, walau pada akhirnya akan ada tangis yang menemani. Saat aku sakit hati, kau tau apa yang ku lakukan? Menangis lalu tertawa sendiri. Meratapi nasibnya anak kecil bodoh ini. Buat apa aku menangis? Tentu agar hati ini lapang. Mau bicara dengan seribu orang pun, akan sulit jika kau adalah korban patah hati itu. Mereka bisa berbicara, memberimu nasihat, memelukmu, namun tak akan ada yang bisa mengobati rasa sakit itu. Karena, hanya diri kita sendiri lah yang bisa. Berdiri... Bangun.... Jatuh.... Merangkak....Tergeletak... Dan pada akhirnya kau akan mencoba untuk bangkit lagi. Memang begitulah fase kehidupan.

Aku sendiri, masih belajar sabar. Rasanya lebih sulit dari mengerjakan soal Matematika yang sejatinya perlu kesabaran juga. Semua temanku, memintaku jangan terlalu sering menangis. Tapi, ayolah, selain menangis, apa ada yang bisa aku lakukan? Menangis itu tak lain dan tak bukan hanya salah satu bentuk dari terapi yang sedang aku jalani. Tak setiap hari juga aku menangis, aku juga bingung mengapa hati ini begitu lembut bahkan kapas pun masih perlu tenaga untuk merobeknya, namun hati ini lebih halus lagi. Aku belajar menyibukkan diri, namun seperti yang temanku pernah bilang, tak ada gunanya. Sadarkah? Justru menyibukkan diri sendiri itu malah membuatnya semakin runyam. Mencoba membohongi diri sendiri, pura-pura lupa yang nyatanya tak mungkin untuk aku melupakannya. Tapi aku sadar, aku tak sendirian dan itu membuatku bangkit. Aku punya Allah. Tuhan dan pencipta semesta Alam. Dekatkan diri pada yang Maha Kuasa, dan semoga saja semua usaha akan terbalas.


   Rindu. Rasanya bagaimana ya? Seperti kau ingin berteriak tapi lehermu dicekek oleh dirimu sendiri. Meminta untuk tak mengungkapkan, tapi mata tak bisa bohong saat menatapnya. Telinga tak bisa tuli saat mendengar kabar tentangnya. Namun mulut mendadak bisu, dan lagi-lagi menangislah jadi akhirnya. Itu adalah rindu yang terpendam. Berbeda dengan rindu, disaat orang itu justru ada, peka terhadap perasaanmu yang mendalam, peduli terhadap kau yang tergopoh-gopoh menopang dirimu, menjadi selimutmu dibadanmu yang dingin itu. Menjadi rumah untuk kau yang tersesat dalam memori itu. Bagaimana bila rindu itu tak berujung? Bahkan aku pun tak tahu cara mendeskripsikannya..... Orang itu.... Kenangan itu..... Menusukmu oleh katana yang tanpa sadar dia pegang dan ditusukkannya pada jantungmu, namun dengan segala usaha, kau tetap bernafas, mencari-cari asal katana itu. Aku lelah, sungguh. Aku juga tak tau mengapa aku segitu frustasinya. Padahal hanya masalah rindu. Tapi kau tahu, Rindu itu bisa jadi bumerang saat yang kau rindukan tak pernah mau tau dengan perasaanmu? Hanya duduk diam dengan muka datar menatap wajahmu yang nanar itu.

Rabu, 22 Juni 2016

Tak Lagi Sama

     Ketika kamu menjatuhkan sebuah gelas, pasti akan pecah berkeping-keping kan? Dan bentuknya pasti tak akan sama lagi. Tak akan pernah sama. Seusaha apapun kamu membuat itu terlihat sama, ya, mungkin memang akan terlihat sama, tapi, kamu tau, kan? Bahwa itu sudah berbeda. Sama halnya dengan perasaan.

  Ketika seseorang yang kita kenal, berubah, karena memang sudah fase dalam kehidupan pasti akan ada perubahan, namun sulit sekali menerima perubahan itu. Bagaimana? How to deal with that? How could you accept their difference? Because all you got is nothing, but it feels hurt. A lot. Ketika perubahan itu justru membuat sebuah bencana yang hal apapun tak akan bisa menyelematkannya, karena sejatinya hanya satu hal yang bisa membuat luka akan perubahan itu mereda, yaitu menerimanya dengan keadaan yang baru. Bersandiwara seolah-olah, tak ada sesuatu yang mengusikmu, walau rasanya bagai ditikam ribuan belati.


  Manakala, kau menemukan sesosok orang yang kau cintai, namun dia bukanlah takdirmu, melainkan bencana bagimu, yang hanya memberi hujan dalam harimu, petir dalam telingamu, dan longsor dalam hatimu. Belum lagi gempa bumi yang diakibatkan oleh letusan gunung dihatimu yang akan pecah dan hancur, berkeping-keping itu.

  Aku, bukan sebuah pujangga cinta apalagi seorang pengamat alam. Cinta yang membuatku begitu. Menerima perubahan seseorang memang sangat sakit. Tapi ada satu hal yang harus disyukuri, kita bisa tau, apakah kita akan kuat menerima atau harus melepaskan semua yang telah kita genggam dengan erat selama ini? Itu pilihan kita. Ingin menyelami lautan dalam dan berakhir di segitiga bermuda atau terbang dilangit dengan bebas? Hanya kita yang bisa menentukan.

  Jangan buat diri kita bodoh dengan mengulangi kesalahan yang sama. Tetap melakukan hal bodoh yang sudah tau diakhirnya hanya akan meninggalkan luka terdalam dihati. Membuat lubang hitam besar berisi kesakitan yang kau tanpa sadar telah menggali dan mengubur semua dukamu didalamnya.


  Pesan singkat, Jika ada seseorang yang mau tetap menerima perubahan itu dengan lapang dada yang walau dirasa hanya akan membuat badan itu runtuh, bahkan untuk berdiri pun tak mampu, jagalah orang tersebut. Mereka rela jadi bodoh. Hanya demi angan yang mereka tahu takkan bisa diraih, sebab hanya bisa berharap akan satu persen kemungkinan bahwa mungkin mereka akan diterima dan bisa mengisi kekosongan diperubahan itu.

Selasa, 07 Juni 2016

Sweet Seventeen!

   Alhamdulillah, masih diberi kesempatan oleh Allah SWT untuk bernafas dan mensyukuri apa yang sudah dimiliki sampai hari ini. Sampai akhirnya, aku menginjak umur 17 tahun ini. Rasanya sangat aneh, aku merasa aku masih seperti anak kecil, tapi beban umur ini, menjadi penjelas bahwa kenyataannya aku sudah tak kecil lagi. Aku sudah harus bisa mandiri dan menentukan arah kehidupanku yang baik ini. Dihari bahagia ini, aku gak bikin semacam Party gitu sih, aku cuman ajakin teman dekatku buka bareng aja, dan itu pun cuman 9 orang yang hadir hahaha. Aku mau sharing beberapa wish yang menurut aku ngena banget.

1. Seseorang yang namanya gak mau disebut:

"selamat ulang tahun zira , mudah2an makin dewasa, ga nangisan , ga ribet , ga ada masalah lagi , sembuh dari segala penyakit fisik dan hati dan selalu ditunjukkan jalan yang lurus sama Allah aminnnnn"

And sadly the one who said those words to me bener-bener ngucapin itu untuk terakhir kalinya. Entah kapan dia bakal ngomong sama  aku lagi. Hehe. 

2. Papa dan Mama

"Selamat Ulang Tahun, anak perempuanku. Sekarang udah gede ya.. Harus bisa ngurus diri sendiri ya sayang." 

3. Dila Alifia

"Balqis fauzira adawinsa putri, apapun yang terjadi kamu harus bahagia. ZIRA HARUS BAHAGIA. BAHAGIA. Zira orang yang baik banget.. punya banyak temen, jangan pernah ngerasa sendiri ziir. Banyak yang sayang sama zira. Banyak banget. Aku sayang sama zira.. Zira orang yang kuat, yang bisa dewasa menghadapi masalah masalahnya"


4. Rangkuman dari hampir semua orang
-Semoga disehatkan terus, jangan sakit lagi
-Semoga kelas xii nya lancar
-Semoga cita-citanya tercapai
-Semoga makin baik dari sebelumnya

Aku tak ada maksud tertentu, aku hanya ingin mengucapkan terimakasihku kepada siapapun yang telah mendoakanku diumurku yang sudah 17 ini. Terimakasih! Semoga kalian mendapatkan timbal baliknya dari apa yang kalian doakan ke aku. Love you guys. Gapapa dong postingannya gak sedih mulu ya, kali-kali seneng. Hehehe. Soon aku post foto-foto kok!

Senin, 06 Juni 2016

Hilang

   Hai. Bicara tentang "Kehilangan", Menurut kalian kehilangan itu apa sih? Kalau menurut aku, kehilangan itu kayak separuh semangat, bahkan hampir semua yang ada di diri kita itu dicabut secara paksa. Gak ada yang mau kehilangan. Karena tau rasa yang menimpa akan sakit luar biasa. Tapi kadang kita juga harus tau diri, tak selamanya kita bisa memiliki apa yang kita mau. Ada saatnya seseorang yang kita cinta, akan hilang begitu saja. Ada kalanya sesuatu yang kita inginkan, harus direnggut begitu saja. Tak ada yang bilang bahwa itu tak menyakitkan. Rasanya luar biasa. Luar biasa bisa bikin sungai dimatamu yang indah itu. Aku tahu, kita hanya harus menghadapi kenyataan, dan salah satunya adalah kehilangan sesuatu atau seseorang yang kita butuhkan. Karena, inilah hidup. Ada fase dimana kita akan merasakan begitu hancur, hingga berdiri pun sudah tak mampu, karena rasanya semua yang ada dihidup kita sudah punah. Begitulah, rasanya kehilangan.

    Rasanya baru aja bahagia, tapi lagi-lagi harus direnggut lagi. Rasanya baru kemarin aku mulai tersenyum lagi, sekarang aku harus menangis lagi. Rasanya baru kemarin aku mulai semangat lagi, sekarang aku sudah tak ada keinginan hidup lagi. Ironi memang. Tapi kenyataan memang sepahit itu. Tak masalah, yang terpenting, aku sudah diberikan kesempatan itu lagi.

  Hati terasa ditikam ribuan belati, tak berdarah namun rasanya begitu perih. Tak kuasa berkata-kata, dan air matalah saksinya. Tuhan, aku tahu, aku ini kuat. Lebih kuat dari janji-janjiku padamu, aku hanya harus percaya bahwa aku bisa, dan aku harus bersiap karena pada akhirnya pasti aku akan tetap sendiri. Menyusuri dunia yang kosong ini. Penuh kefanaan dan nafsu belaka. Ya Tuhan, mengapa rasanya begitu sakit? Aku tak kuasa menahannya lagi, ingin kuluapkan tangisanku hingga terbentuklah lautan tangisan hasil jeritan hatiku. Ingin kutunggangi kuda tuk pergi ke langit yang elok dan lupakan segala kesakitan dari kefanaan ini. 

Sincerely, Orang yang telah kehilangan(lagi), Zira.

Sabtu, 04 Juni 2016

Jeritan Hati

  Malam ini, langit begitu indah. Bintang bersinar, angin berhembus tenang, jiwa ini tersentuh kesempurnaanNya. Namun seperti ada yang kurang, apakah itu? Kebahagiaan. Lantas apa yang membuatku berpikiran begitu? Karena, aku memang sedang membutuhkan hal itu sekarang. Aku rindu senyuman yang dulu selalu menghiasi wajahku ini, yang sekarang terlihat sangat hopeless. Aku rindu semangat yang selalu mengisi kekosongan hari-hariku dahulu kala. Aku juga rindu, orang-orang yang bisa memberikan kedua hal itu secara bersamaan kepadaku. Aku benci tangisan dimalam hari, dengan lagu sedih yang membuat suasana bahkan semakin memburuk. Aku benci diriku yang lemah ini. Aku benci bagaimana keadaan membuatku menjadi sosok yang kehilangan makna dari kehidupanku sendiri. Aku benci mengetahui fakta bahwa aku memang telah lupa seperti apa diriku ini. Aku tak tahu aku hidup ini untuk apa, dan bagaimana lagi aku bisa menjalani kehidupan yang dipenuhi tanda tanya ini.

   Aku butuh seseorang. Sesosok sahabat yang akan bisa ku jadikan tempat untuk bersandar dikala aku butuh untuk menuangkan perasaanku yang remuk ini. Sesosok ibu yang bisa memelukku tiap kali aku butuh semangat dan cinta yang mengelilingiku. Maafkan aku yang selalu banyak meminta, aku hanya tak tahu harus bagaimana lagi, dan menulis adalah obat dari segala keresahanku. 

   Jika memang takdir yang Maha Kuasa berbicara bahwa aku memang harus melalui beratnya hidup ini dan pedihnya hati ini, aku tak apa, aku yakin, semua kesakitan ini pasti akan dibalas dengan kebahagiaan yang takkan mampu kuberkata-kata, selain mensyukurinya. Aku selalu menunggu hal itu, Tuhan, aku akan tetap mencoba melaluinya, tapi tolong bantu aku. Buatlah diriku setegar mungkin dan mentalku sekuat baja. 


Hehehehe. Selamat malam!!! Kalau mampir blog aku sekalian dong visit wattpadku: balqisfauzira. Thanks kalian😍

Kamis, 02 Juni 2016

Jiwa dan Matahari

  Aku duduk sendiri. Termenung dengan ribuan pikiran yang menghantuiku. Ingin menyudahi, tapi rasanya berimajinasi itu indah sekali. Rasanya seperti disentuh oleh Sang Empunya, langsung kedalam jiwa terdalamku. Aku senang, dan aku berterimakasih telah diberikan Nikmat Berfikir oleh Allah SWT. Sang penguasa dunia dan akhirat. Begitu berat masalah yang perlu ku selesaikan, dan begitu banyak tangisan dalam prosesnya. Namun, lagi-lagi aku hanya bisa bersyukur. Sudah terlalu sering, aku menangis dan meragukan ke agungan sang Maha Kuasa.

  Menulis adalah hobiku. Bukan sesuatu seperti kewajiban, namu kebutuhanku. Disaat sedih, aku pasti menumpahkannya dalan tulisanku, tulisan yang masih jauh dari kesempurnaan, masih perlu belajar dan diperbaiki. Aku menulis dengan hati dan spontanitas, oleh karena itu seringkali aku melupakan peraturan menulis yang benar dan baik, karena sejatinya, aku menulis karena aku menyukainya dan karena, menulis membantuku hidup. Dengan pena, aku menuliskan perjalanan hidupku yang penuh drama ini. Dan sekarang, dengan kemajuan teknologi, aku menuliskannya dengan keyboard, tanpa perlu susah payah lagi menghapus coretan penaku, jika aku tau-tau salah menuliskan kata. Aku suka seni. Namun aku juga tak tahu dan tak yakin bahwa aku ada bakat didalamnya. Menurutku, ini bukan bakat, dan pasti semua orang memiliki keahlian menulis, hanya saja perlu dilatih dan harus percaya diri. Sama halnya denganku, aku pun masih berlatih, dalam menulis dan menumbukan rasa percaya diriku.

   Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk membaca blogku yang sangat random dan gak jelas ini. Terimakasih sudah menemaniku dan menjadi temanku dalam kesedihan maupun kesenangan. Kulukiskan bahagiaku dan sedihku serta kuluapkan segalanya dalam diaryku ini! Terimakasih. Aku mencintai kalian.


ANNOUNCEMENT Between Us - Part 1 COMPLETED

Hai! Part 1 nya udah beres nih, tapi banyak yang aku edit dan aku pindahin ke Wattpad! Hehehehe. Penasaran kan? Follow aku diwattpad ya idnya balqisfauzira.


πŸ‘‰πŸ»πŸ‘‰πŸ» πŸ‘‰πŸ»http://my.w.tt/UiNb/5nvS41J0St πŸ‘ˆπŸ»πŸ‘ˆπŸ»πŸ‘ˆπŸ» Itu linknya! Hehehehe sorry ya aku apus hehehehe.

Aku mau jadiin blog sebagai share pengalaman aku, cerita aku, dan puisi aku aja. Untuk novel yang masih on progress itu, aku taro wattpad aja. Btw judulnya juga ganti jadi Between Us.

Thanks for reading!

Between Us. (Half) Part 1 : BAD DAY

   Hujan turun pagi itu. Agak jarang memang, namun berdampak besar untukku hari ini, aku harus bangun sangat pagi, karena kelasku adalah petugas upacara, dimana akulah yang menjadi MC nya. Malas sekali untuk hanya menggerakkan tangan. Rasanya tubuh dan kasur ini adalah sepasang magnet yang susah sekali dijauhkan. Seperti aku dan dia.

    Mau dengan seribu alasan pun, aku dengan terpaksanya harus tetap berangkat ke sekolah, menjalani rutinitasku sebagai Siswa SMA Khatulistiwa. Namaku, Amarra Anita Afisena. Biasa dipanggil Rara. Sekarang, saatnya aku untuk memulai perjalanan panjang dihidupku ini, yaitu pergi ke sekolah. Aku pergi dengan menggunakan motor matic hadiah ulang tahunku yang ke-16, tahun lalu. Dengan dibalut jas hujan, dan semangat yang nihil, aku pun meninggalkan rumah, tentunya dengan sarapan, mencium buku-buku jari ayah dan ibuku, dan bertegur sapa dengan kakak dan adikku.

    06.30, itulah angka yang tertera dalam jam digitalku. Lumayanlah, aku datang 15 menit lebih cepat dari jam yang dijanjikan. Sesampai disana, kondisi lapangan basah, dan langit pun masih tak bersahabat, masih ada rintik-rintik kecil yang turun dari sang empunya. Dan... Upacara dibatalkan. Shit. Itulah yang terpikirkan olehku. Aku tau kalau hujan begini pasti upacara pun tak akan diselenggarakan, namun saat aku berangkat tadi pun hujan sudah mulai tak deras dan... Semua usahaku untuk bangun dipagi hari ini ternyata sia-sia, karena kelasku ternyata akan menjadi petugas upacara untuk minggu depan. Sesal kurasa begitu mendalam, bangun pagi dengan susah payah, berangkat ke sekolah dengan motor dikondisi cuaca yang tak bersahabat, hanya karena takut akan telat dan ternyata semua realita keadaan memang tak pernah sejalan dengan apa yang diharapkan. Aku pun hanya bisa mendongkol dalam hati dan berjalan mengitari koridor, lalu berujung memasuki kelasku yang masih sepi ini. XI IPS 1. Hanya ada beberapa siswa yang memang akan menjadi petugaslah yang baru datang, salah satunya adalah sahabatku, Ratih. Aku pun menghampiri Ratih dengan diikuti duduk disebelahnya, sambil mengeluh dengan muka super jengkel.


"Astaga, gua udah bangun pagi buta demi biar nyampe ke sekolah lumayan pagi yang lo tau jarak sekolah dari rumah itu jauh. Dan parahnya gua nekat bawa motor padahal udah ditawarin dianterin papa aja." Keluhku.
"Ya tenang, you are not the only one. Gua juga kesel. Yang lain juga kesel. Gua kira kan ujan pagi mah biasanya juga cepet gitu kan.  Dan bakal reda juga dengan sendirinya. Tapi gak untuk hari ini, tuh liat deh, makin gede. Alamat banyak yang gak masuk ini mah." Ratih pun menimpali omelanku, dengan dendamnya pada pagi hari ini juga. Ternyata Herdy, teman sekelasku pun mendengar perbincangan kami, dan mulai menggila dengan menyanyikan lagu Sam Smith yang berjudul I'm not the only one.
"I KNOW I'M NOT THE ONLY ONEEE HUUUUUU" dia bernyanyi, dengan sangat fales dan minta disumpel sepatuku yang basah kehujanan ini.
"EH APAANSIH BERISIK BANGET" aku lagi badmood gini, dan sempet-sempetnya si Hardy itu nyanyi, mana Kent, Arya, dan Genta ikut-ikutan. Memang cowok kelas ini udah pada gak ada yang waras kayaknya. Saat sedang sibuk memarahi Herdy dan kawan-kawannya itu, tiba-tiba kami dikagetkan oleh teriakan Rian yang seperti biasa, menggangu dan mengancam. Dasar Alien. Aneh.
"Haduhhhh! Kesel parahlah gua. Lu tau kan gua gak pernah dateng cepet? Dan demi ini gua bangun pagi. Kalau gak gara-gara dipaksa jadi pengibar bendera sama Bu Retno mah mana mau, mana pake dipaksa kalo gamau nanti bakalan kena hukuman." Teriak Rian tiba-tiba dengan penuh emosi, teman sekelasku, well dia bukan temanku, tapi musuh abadiku didaalam maupun diluar kelas.
"Berisik lu. Bukan lu doang yang kesel." Jawabku acuh tak acuh.  


Hari itu pun, sampai sekitar jam 8 hujan masih lebat. Dan siswa yang lain pun datang sangat telat, dengan alasan hujan, yang aku tau bahwa meraka memang sengaja menggunakan alasan itu agar bisa telat. Lagi-lagi, hari ini bukan keberuntunganku. Lantas, kapankah Tuhan akan berbaik hati memberikanku secercah keajaibannya?

***********************************

Waktu terus berjalan, sekolah semakin terasa membosankan. Hari ini karena banyak yang tak datang, guru pun jadi terpengaruh, banyak yang gak masuk dan ironisnya, memberikan kami setumpuk tugas. Nyesel masuk hari ini. Tau begitu, aku pura-pura sakit saja. Hingga jam terakhir pun tiba, kelas seharusnya diisi dengan Jam wali kelas, namun sepertinya beliau terlambat, dan kalaupun tak masuk juga syukurlah, bisa relax sebentar. Tangan rasanya mati rasa nulis tugas sejarah, bahasa, dan kewirausahaan. Sekolah anehnya makin lama terasa jadi beban, padahal harusnya sekolah itu menjadi tempat kita belajar dengan nyaman, tanpa beban apalagi sampai capek gini.

    Sudah hampir setengah jam tapi Bu Rani belum datang juga, sedangka
n 20 menit lagi kami semua akan pamit meninggalkan sekolah yang hari ini terasa boring and tiring. Tiap hari sih. Tapi hari ini seperti puncaknya. Hari sial. Tiba-tiba, dengan terburu-buru, wali kelas kami alias Bu Rani pun memasuki kelas kami, aku pun melirik jam dinding dan 10 menit lagi sudah pulang, buat apa dia masuk kelas sedangkan siswa yang lain pun sudah sibuk dengan urusan masing-masing? Aku sendiri bahkan sempat terlelap dimejaku, dengan Ratih chairmateku yang dikenal hobi tidur dikelas.

"Assalamu'alaikum anak-anak. Aduh, maaf ya ibu baru masuk sekarang.. Tadi ibu abis ngurusin data anak baru buat kelas ini." Ucapnya seraya duduk dikursi guru depan kelas.
"Hah? Anak baru?" Tanya Refan, ketua kelasku. Diikuti suara ricuh suara anak kelas yang kaget bahwa akan ada anak baru, termasuk aku dan Ratih.
"Iya nak, jadi akan ada anak baru. Dua orang. Dan dua-duanya dikelas kita. Dan dua-duanya juga cowok." Tambah bu Rani.
"Wah bu? Kok bukan cewek sih? Hahaha" Ceplos Raka and the gank yang terkenal sangat berisik dan pentolan itu. Diikuti dengan ketawa anak sekelas. Aku sih sebenarnya tak peduli, tapi bingung aja, kenapa sampe dua orang gitu? Dan kenapa mesti dikelas ini? Perasaan Kelas XI IPS 2 dan IPS 3 lebih sedikit dari kelasku, deh. Aku pun sudah tenggelam dengan pikiranku sendiri dan yang akhirnya disadarkan oleh suara bel yang berdering. Jadi dari tadi aku gak tau mereka ngomongin apa dan gak peduli juga. Hari ini aku dan Ratih akan ke bioskop, untuk nonton film kesukaan kami, ADA APA DENGAN CINTA? 2. Kami pun keluar dengan terburu-buru, karena jam tayangnya kurang lebih sejam lagi, dan jarak kesana lumayan jauh dari sekolah. Sesampainya di parkiran, aku pun hendak mengeluarkan kunci motorku, namun nihil. Astaga? Gimana ini? Perasaan tadi aku taro di tas paling depan? Parah banget, yaAllah mana aku buru-buru lagi. Aku pun panik, Ratih yang sedari tadi hanya menunggu di jalan keluar setelah parkiran pun mulai sadar kalau aku panik dan mendatangiku.
"Woy kenapa?" Raut wajahnya pun terlihat panik juga.
"Kunci motor gua gaada nih. Aduh gimana ya?" Aku pun pusing. Rasanya pengen lari aja deh langsung ke Mall.
"Hmm bentar, coba cek dikelas? Tadi lo sempet buka-buka tas lo terus mindahin barang gitu kan kebawah kolong? Kayaknya ikut ketaro deh." Jawabnya, mengingatkanku.
"OHIYA BENER! Tadi gua pindahin deh kalo gasalah ke tempat pensil. Tunggu sini ya? Jagain tas gua. Gua lari aja kesana." Aku pun meninggalkannya, dengan berlari dan shit, aku melewati office boy yang sedang mengepel, and i fell. And some people see me. And they are laughing in front of my face. Gila. Malu banget. Aku pun langsung bangun dengan menutupi wajahku yang memerah karena malu, dan meninggalkan orang-orang yang mentertawakanku dan berjalan ke kelas dengan gaya se cool mungkin. Bener deh hari ini beneran unlucky day banget buat aku. Aku pun sampai dikelas, dan langsung lari ke tempat dudukku. Dan benar saja, kunci motorku ada didalam tempat pensil. Aduh, pelupa banget gua. Pikirku. Dengan kekuatan Flash, aku pun lari secepat mungkin seperti layaknya Flash dalam filmnya. Emang gak secepet itu, tapi aku benar-benar lari, dengan rute yang berbeda, agar terhindar dari lantai basah lagi.

"Aduh itu rok lu kenapa basah? By the way, ayo nih udah jam 3 nanti kita dapet yang malem banget lagi filmnya. Gua gabisa balik malem soalnya." Sesampainya disana aku sudah disambut dengan Ratih yang menggerutu. Nambah bikin panik. Aku membalasnya seadanya karena takut menghabiskan waktu yang saat ini harus kuburu dengan benar. Whatta day. Aku pun meninggalkan sekolah, dengan rok ku yang agak basah dan secepat mungkin mengendarai motorku.


    Sudah setengah jalan, sekitar 15 menit lagi mungkin kami akan sampai, tiba-tiba motorku mogok. Bensinnya habis. Ya tuhan, apalagi ini?! Ratih terlihat badmood, dengan membantuku mendorong motor, mencari tukang bensin terdekat. Untung saja dekat situ ada semacam bengkel dan menjual bensin. Dan satu lagi, yang melayani kami pun sangat tampan. Thank god udah mogok, hahaha. Aku pun senyum-senyum sendiri, dan sepertinya Ratih sadar alasannya kenapa, lalu ia pun mengacungkan jempolnya, tanda setuju.

"Mbak, mau diisi bensin berapa?"  Tanyanya, menganggu imagine kami atas montir tampan ini.
"Eh iya, 10 ribu aja mas, eh dek, eh kak.." Aku malu sekali, kenapa aku malah jadi gugup gini? Emang kebiasaan deh. Lagian mukanya muda banget.
"Wah mbak kenapa? Hahaha. Kita seumuran kayaknya, panggil nama aja, Roy." Ia pun mengulurkan tangannya, yang kotor karena oli. Somehow, it looks even manlier to see a boy in that way.
"Maaf mbak, agak kotor ya? Sorry." Tambahnya. Aku dan Ratih pun menerima uluran tangannya, dengan senang hati pastinya, sambil memberi tahu nama kami dengan malu-malu kucing yang sebenernya agak menjijikan.  Dan kami pun tak peduli mau sekotor apapun tangannya itu, kami tetap senang. Sambil menunggu, kami pun duduk dikursi yang telah disediakan sambil menggosip-gosip cantik, tentang dia tentunya. Hahaha.  Lagi-lagi kami diganggu menggosipkan montir tampan itu, karena ternyata bensinnya sudah isi.
"Mbak, Udah nih" Ia pun memberi isyarat agar kami menghampirinya.......Mau tau kelanjutannya?? Cek postan selanjutnya!

Rabu, 01 Juni 2016

Pahlawanku, Papaku.

   Hi readers!  Apa kata yang pertama kali muncul saat aku menyebutkan nama "Ayah" atau "Bapak" atau "Papa" dan sebutan lainnya, yang kita gunakan untuk memanggil pahlawan kita itu? Kalau aku, EverythingAku memanggilnya Papa. Beliau itu segalanya buat aku. Jatuh bangun hidup aku, semuanya aku laluin bersamanya. Rasa cinta, amarah, bersyukur, semuanya aku pernah rasain buat dia.


  Waktu itu, aku masih kelas 3 SD, Aku dan kakakku tinggal bersama papaku, di Bogor, dan mamaku di Jakarta. Karena papaku adalah salah satu orang penting dikantornya, aku sering sekali ditinggal. Dulu, aku bisa dibilang, seperti sepasang sendal, kalau dipisah, gaada artinya sendal itu, begitu juga aku, setiap ditinggal kerja keluar kota, aku nangis, aku cuman bertiga dirumah, bersama kakak dan pembantuku. Aku tidur dengan papaku, jalan-jalan dengan papaku, beli pakaian, beli buku, beli makanan, semuanya dengan papaku. Bahkan, aku dulu sempat tak bisa tidur tanpa mengelus perutnya, yang lovely dan sudah seperti kewajiban bagiku. Setiap kali papaku pergi lama, pasti aku gak bisa tenang, pengen cepet ketemu terus sama papa. Rasanya kayak mau dibunuh algojo kalau gaada papa, aku gak ngerasa aman. Namun seiring berjalannya waktu, kami menua dan semuanya berubah. 

   Waktu terus berganti, zaman berubah, kami pun sibuk dengan urusan masing-masing. Ayahku dibuat sibuk membabi buta oleh kerjaan dan organisasinya, kakakku sibuk oleh urusannya, dan aku juga sibuk--sebenarnya aku menyibukan diriku sendiri, agar aku tak pernah merasa sendiri lagi. Aku sadar, kesibukan ayahku, itu bukan karena dia mau meninggalkanku, atau acuh tak acuh padaku, apalagi tidak peduli padaku. Dia peduli dan dia mencintaiku, oleh karena itu dia bekerja dengan kerasnya, melupakan tubuhnya yang tak seenerjik dan sekuat dulu, melupakan kesenangannya sendiri dengan lebih mengutamakan aku dan kakakku. 

   Aku tak tahu apa artinya hidup ini tanpanya. Jika bukan tanpa beliau, aku pasti sudah kehilangan jalanku, sudah hancur, luar dan dalam. Sudah bebas namun dengan jiwa terkurung. Dia pahlawanku. Namun pahlawan yang bersembunyi dibalik doa dan usahanya untukku. Aku sering sekali marah padanya, memintanya untuk lebih memperdulikanku, untuk lebih meluangkan waktunya untukku, untuk lebih membuatku merasakan bahwa aku itu punya keluarga... Namun, aku menyesal. Aku punya keluarga. Dan beliau adalah kepala keluarganya. Kepala dari semua hal yang akan aku lakukan dan apa yang telah kulakukan. Maafkan aku pahlawanku, bila aku tak pernah menghargai jasa-jasamu, kutuliskan cerita ini, dengan air mata berlinang, berdoa kepada Allah akan kesehatanmu dan dimudahkannya segalanya bagi kita. Aku mencintamu, pahlawanku. 

   For me, Father is my everything. And ofcourse my mother too. But sometimes, we always forget about that one man who has given us his strenght just to make our future brighter, just to put a smile on our faces even when he has to through the ups and downs to reach that, as long as he could see his daughter and son are happy. I love you, My Hero, I love you Papa. I'm sorry for misunderstood u for a long time and i do apologize for all the bad things i have ever done to you. Thank you for raising me and helping me out in everything, even when you have to be sad, but you you still do it, and thank you for treating me so well, you are  my first love! And you'll always be. I love you.