Hati itu, kau tahu
Memang tak tahu malu.
Lantas mengidamkan sesosok manusia yang diselimuti cinta
Hati justru memilih yang tak ada kepastian
Seseorang yang penuh luka dan kebencian dalam jiwanya
Sungguh, membuat diri kadang bagai terombang-ambing diantara mimpi sendiri..
Aku berpikir untuk menyerah atas cinta,
Karena tak patut juga untuk memperjuangkan hawa nafsu setan itu
Tapi diri ini lemah, butuh asupan kecupan dan pelukannya
Butuh nyanyian dan kata-kata rindu yang memenuhi gendang telingaku..
Dasar jalang,
Hati ini penuh dengan keserakahan
Dibutakan atas rasa bergejolak sementara
Hati ini berdegup kencang tatkala seseorang menyebut namanya..
Hei, jikalau aku punya pilihan atas kehendak terkutuk ini
Lebih baik ku sudahi saja semua drama setan ini
Ku bakar perasaanku dalam singgasana singa yang marah
Meraung-raung butuh didekap dan dicinta selamanya..
Hati itu, kau tahu.
Memang tak tahu malu.
Rasanya jiwa ini terbang seiringan dengan harapan palsu yang kuimpikan
Aku mengaku salah, sialan
Aku pantas di cacimaki, sangat
Aku memang ceroboh, maaf
Memang semborono hati ini, memilih seseorang yang tak pantas untuk dicintai
Memang ruam hati ini, perlu beberapa jaitan pelajran atas kasih sayang
Entah,
Harus ku nikmati kesombongan ini
Atau..
Ku letakkan dalam jurang mimpi burukku
Pergi..
Dan takkan pernah ku menggapainya lagi.
Bzzz idk gue nulis apaan. Yang penting ngepost hasil sendiri. Sejauh ini sih, gue gak ngerasa nulis puisi, cuman kayak tulisan aja. Thanks for reading!! Jangan jadi silent reader ya, follow juga blognya kalo bisa. Thank you all!!
Sabtu, 29 Oktober 2016
Jumat, 28 Oktober 2016
Rona
Lantunan lagu secangkir kopi panas
Bentangan pasir putih mengelinginya
Diiringi setapak berarti bagi mu
Tanah lahir batin ku
Dengan bahasa nan indah
Bagaikan tangga nada yang merdu
Yang kau ucapkan wahai ibu pertiwi
Dikela batin ku menatapmu dalam indahnya mimpi
Melihat gelap kelabu telah tiada silih berganti dengan rona yang baru merah putih
Alhamda Ariqal
Bentangan pasir putih mengelinginya
Diiringi setapak berarti bagi mu
Tanah lahir batin ku
Dengan bahasa nan indah
Bagaikan tangga nada yang merdu
Yang kau ucapkan wahai ibu pertiwi
Dikela batin ku menatapmu dalam indahnya mimpi
Melihat gelap kelabu telah tiada silih berganti dengan rona yang baru merah putih
Alhamda Ariqal
Selasa, 25 Oktober 2016
Ombak Pengantar Rindu
deburan ombak terus menyapu pasir pantai
membuatku terlena ingin terkena deburan itu..
aku yang sedang duduk menatap ombak pun terayu untuk masuk kedalamnya,
tanpa kusadari aku pun tenggelam dalam kenangan..
membuat ku ingin kembali permukaan
sayangnya air laut terus menyeretku tenggelam
membuat ku tidak bisa kembali
hanya rindu yang dapat kurasakan..
Raka Ziddan, Anyer
Oktober, 2016
membuatku terlena ingin terkena deburan itu..
aku yang sedang duduk menatap ombak pun terayu untuk masuk kedalamnya,
tanpa kusadari aku pun tenggelam dalam kenangan..
membuat ku ingin kembali permukaan
sayangnya air laut terus menyeretku tenggelam
membuat ku tidak bisa kembali
hanya rindu yang dapat kurasakan..
Raka Ziddan, Anyer
Oktober, 2016
Langganan:
Postingan (Atom)